Selasa, 13 Desember 2016

Produk Olahan Sukun

PRODUK OLAHAN SUKUN
Pemanfaatan sukun tidak hanya terbatas untuk pengganti bahan pangan utama, melainkan juga dimanfaatkan dalam bidang medis sebagai obat alternatif. Beberapa macam pemanfaatan sukun antara lain :
Tepung sukun
Buah sukun mengandung vitamin dan mineral yang lebih lengkap dengan kalori yang rendah dibandingan dengan beras sehingga sukun dapat digunakan sebagai pangan alternatif bagi orang yang diet. Oleh karena itu penggunaan buah sukun dalam bentuk tepung dapat mendukung pemanfaatan tersebut karena dalam bentuk tepung, buah sukun akan lebih mudah untuk diolah dan dapat disimpan dalam jangka waktu yang panjang. Berdasarkan penelitian Sutardi dkk. (2009) dengan topik pembahasan mengenai tingkat kematangan dan umur simpan buah sukun untuk mendapatkan tepung sukun dengan sifat-sifat yang baik, buah sukun yang baik untuk produksi tepung sukun adalah buah sukun matang segar dengan toleransi waktu petik 1 minggu sebelum tepat petik dan lama penyimpanan 3 hari.
Pada umumnya buah-buahan dan umbi-umbian mudah mengalami pencoklatan setelah dikupas. Hal ini disebabkan oksidasi dengan udara sehingga terbentuk reaksi pencoklatan oleh pengaruh enzim yang terdapat dalam bahan pangan tersebut (browning enzymatic).  Pencoklatan karena enzim merupakan reaksi antara oksigen dan suatu senyawa phenol yang dikatalisis oleh polyphenol oksidase. Untuk menghindari terbentuknya warna coklat pada bahan pangan yang akan dibuat tepung dapat dilakukan dengan mencegah sesedikit mungkin kontak antara bahan  yang telah dikupas dan udara dengan cara merendam dalam air (atau larutan garam 1% dan/atau menginaktifkan enzim dalam proses blansir) atau melakukan pengukusan sekitar 10 – 20 menit, tergantung jumlah bahan  (Widowati dan Damardjati 2001). Berikut ini adalah proses pembuatan tepung sukun:

Diagram alir proses pembuatan tepung sukun
Jenis sukun yang tumbuh di Indonesia beranekaragam, dan jenis sukun berpengaruh terhadap sifat tepung yang dihasilkan. Kadar amilosa tepung sukun antara 11-17% menunjukkan tekstur produk olahannya sangat pulen seperti sukun Bone, sukun Cilacap, sukun Kediri, sukun Sukabumi dan sukun Pulau Seribu, sedangkan yang berkadar amilosa 17 – 20% menghasilkan produk olahan pulen seperti sukun Kulon Progo dan sukun Purworejo. Kadar gula total pada sukun antara 0,21 – 0,32%. Kandungan pektin sukun Cilacap, Sukabumi dan Kediri cukup tinggi yaitu sekitar 20%, sedangkan sukun Kulonprogo, Pulau Seribu, Bone dan Purworejo kandungan pektinnya rendah (10%). Sukun Bone mengandung vitamin A (64 IU) dan vitamin C (9 mg/100 mg) tertinggi dibanding sukun lainnya. Viskositas puncak pada tepung sukun lebih dari 1000 BU berarti mem-punyai daya mengembang lebih mekar dibanding terigu. Semakin tua tingkat kematangan akan meningkatkan viskositas puncak karena kadar patinya meningkat (Suismono dan Suyanti, 2008 dalam Widowati, 2003).
Tepung sukun mengandung  84,03% karbohidrat, 9,90% air, 2,83% abu, 3,64% protein dan 0,41% lemak. Tabel 3 menunjukkan bahwa kandungan protein tepung sukun   lebih tinggi dibandingkan tepung ubi kayu, tepung ubi jalar, tepung pisang dan tepung haddise(Widowati, 2003). Tepung sukun juga dapat digunakan sebagai tepung komposit pada pembuatan makanan tradisional seperti roti, kue basah dan kue kering.
Komposisi kimia aneka tepung umbi-umbian dan buah-buahan
Komoditas
Kadar (%)
Air
Abu
Protein
Lemak
Karbohidrat
Pisang
10,11
2,66
3,05
0,28
84,01
Sukun
9,09
2,83
3,64
0,41
84,03
Labu kuning
11,14
5,89
5,04
0,08
77,65
Haddise
9,32
6,62
2,67
0,08
81,32
Ubi kayu
7,80
2,22
1,60
0,51
87,87
Ubi jalar
7,80
2,16
2,16
0,83
86,95
Sumber: Widowati (2003)
Pasta Sukun
Pasta sukun yang dimaksudkan di sini adalah sukun yang dikukus kemudian dilumatkan atau dihancurkan dan siap untuk diolah lanjut. Pasta sukun dapat dibuat dari sukun tua atau sukun matang. Pengolahan sukun menjadi pasta cocok untuk skala rumah tangga yang kemudian dikembangkan lagi menjadi aneka produk makanan. Pasta dari buah sukun tua tetapi masih mentah dapat diolah menjadi berbagai kue basah, bubur, kue yang digoreng, dan makanan camilan kering seperti stik sukun keju dan kue gabus sukun. Juga dapat dibuat roti dan mi basah dengan dicampur terigu berprotein sedang-tinggi. Pasta buah sukun matang cocok untuk pembuatan aneka kue basah, bubur, dan lainnya, dengan aroma harum sukun matang yang kuat. Pasta sukun dapat disimpan beku, dan jika akan digunakan dilelehkan terlebih dahulu. Namun, dalam jumlah besar, penyimpanan beku memerlukan energi listrik yang banyak dan mahal (anonymous.2009).
Roti
Bahan-bahan yang diperlukan dalam pembuatan roti tawar biasanya adalah terigu, yeast, air, gula, garam, dan susu. Terigu merupakan bahan utama yang biasanya digunakan dalam pembuatan roti tawar. Keistimewaan tepung ini mengandung gluten yang cukup tinggi yaitu sekitar 80% dari total proteinnya. Gluten ini mempunyai sifat viskoelastisitas yang unik bila dibasahi dengan air. Dalam pembuatan roti, gluten sangat dibutuhkan agar roti yang dihasilkan dapat mengembang karena berperan dalam membentuk struktur dan pengembangan produk roti. Adanya penambahan bahan protein atau komponen lain dalam jumlah yang tinggi akan merusak sifat unik dari gluten (Suhardjito, 2005).
Substitusi atau campuran tepung sukun pada produk roti seperti roti tawar maupun roti manis hanya berkisar antara 10-20%, karena memerlukan daya mengembang yang tinggi. Tiadanya gluten pada protein tepung sukun menyebabkan tidak tergantikannya peran seluruh komponen terigu. Oleh karena itu dalam pembuatan roti sebaiknya digunakan terigu bergluten tinggi,yang termasuk jenis strong flour. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan tepung sukun pada pembuatan roti tawar hanya berkisar antara 10-20% (Widowati, 2003).
Yeast yang digunakan dalam pembuatan roti berperan untuk menghasilkan enzim-enzim yang mampu mengkatalisis reaksi-reaksi dalam fermentasi. Enzim-enzim yang dihasilkan ialah invertase, maltase dan zimase. Selanjutnya yeast mampu menghasilkan gas karbondioksida, diperangkap oleh gluten dan akibatnya adonan roti sudah mengembang pada saat fermentasi. Air berperan dalam melarutkan bahan, membantu aktifitas yeast, membantu pembentukan gluten, membantu gelatinisasi pati serta menghasilkan uap air yang membantu pada saat fermentasi (Suhardjito, 2005).
Susu digunakan untuk memberikan flavor yang spesifik serta pembentukan warna pada kulit roti sebab susu mengandung laktosa yang tidak dapat difermentasikan oleh yeast. Selain itu susu juga dapat memperbaiki nilai gizi roti sebab mengandung protein yang cukup tinggi. Dalam pembuatan roti biasanya digunakan susu skim. Fungsi pemakaian gula terutama untuk substrat yeast, mempertahankan kelembaban, memperpanjang kesegaran roti, meningkatkan nilai gizi roti serta berperan dalam pembentukan warna kulit roti (Suhardjito, 2005).
Garam berperan dalam memperbaiki flavor roti, memperkuat gluten, mengendalikan aktifitas yeast serta menghambat kontaminan. Shortening berfungsi untuk mengembangkan, memberi rasa enak, melunakkan tekstur dan memberi rasa lembut. Shortening dapat berupa lemak atau minyak (Suhardjito, 2005).
Pada pembuatan roti tawar terdapat tiga tahapan penting yaitu pembuatan adonan, fermentasi dan pemanggangan. Pembuatan adonan dilakukan dengan mencampur bahan-bahan yang diperlukan, kemudian dilakukan pengadukan yang bertujuan untuk membantu aktifitas gluten dan agar seluruh bahan dapat tersebar merata dalam adonan yang terbentuk. Tahap fermentasi bertujuan untuk menghasilkan gas dari enzim yang terdapat didalam yeast. Suhu optimum untuk fermentasi adonan adalah 25-30OC. Sedang pada pemanggangan, mula-mula adonan akan mengalami pelepasa gas karbondioksida, pengambilan gas yang terbentuk pada tahap fermentasi serta berlangsungnya aktifitas yeast sampai akhirnya mati pada suhu 60OC. Pemanggangan roti biasanya dilakukan antara suhu 220-250OC (Suhardjito, 2005).
Mie Sukun
Mie sukun dapat dibuat dari sukun kukus yang telah dihancurkan (pasta sukun) atau dari tepung sukun yang dicampur dengan terigu. Pada pembuatan mie diperlukan komponen gluten tinggi, yang terdapat pada terigu, sehingga pada pembuatan mie sukun dicampur dengan terigu. Fungsi terigu adalah membentuk struktur karena gluten bereaksi dengan karbohidrat. Bahan lain dalam pembuatan mie adalah air, garam, soda kue dan telur (Antarlina dan Purnomo, 2010)
Air berfungsi sebagai media reaksi antara gluten dengan karbohidrat, melarutkan garam dan membentuk sifat kenyal dari gluten. Fungsi garam adalah untuk memberi rasa, memperkuat tekstur mie, membantu reaksi antara gluten dengan karbohidrat sehingga meningkatkan elastisitas dan fleksibilitas mie. Telur berfungsi untuk mempercepat penyerapan air pada terigu, mengembangkan adonan dan mencegah penyerapan minyak sewaktu digoreng. Soda kue berfungsi untuk mempercepat pengembangan adonan, memberikan kemampuan dalam memperbesar adonan serat, mencegah penyerapan minyak dalam penggorengan mie (Antarlina dan Purnomo, 2010).
Cara pembuatan mie yang dikembangkan oleh Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur sangat sederhana, yaitu dengan mencapur tepung sukun/pasta sukun, terigu, telur, garam, soda kue, dan air, hingga terbentuk adonan tertentu selanjutnya dicetak lembaran. Pencetakan lembaran menggunakan alat penggiling mie diulang berkali-kali hingga berbentuk lembaran yang halus. Pada awal penggilingan dimulai dengan ukuran ketebalan yang besar dan makin lama makin tipis. Penggilingan lembaran terakhir disesuaikan dengan ukuran mie. Apabila diinginkan mie yang berdiameter kecil ketebalan lembaran dibuat tipis, dan bila diinginkan mie besar ketebalan lembaran dipertebal. Setelah itu dilakukan pemotongan mie. Mie yang terbentuk dilakukan perebusan, maka dihasilkan mie basah, atau dikeringkan menjadi mie kering.

Tahapan pembuatan mie sukun (Antarlina dan Purnomo, 2010)
Tape sukun
Buah sukun tua mengandung karbohidrat sebesar 28.2% (bb) dengan kadar air 69.3% merupakan sumber karbohidrat yang potensial untuk dimanfaatkan secara optimal. Fermentasi merupakan salah satu cara untuk meningkatkan nilai gizi, daya cerna maupun cita rasa bahan pangan. Fermentasi buah sukun menjadi tape sukun melibatkan proses perombakan makromolekul menjadi senyawa-senyawa yang lebih sederhana. Terbentuknya senyawa ini akan mempengaruhi nilai gizi dan citarasa tape sukun. Pada umumnya sumber mikroba yang digunakan adalah ragi tape. Menurut Dwijoseputro (1970) dalam Gunadnya dan Antara (2010), ragi yang digunakan untuk pembuatan tape mengandung berbagai jenis mikroba seperti Aspergillus, SaccharomycesCandida, Hansenula dan bakteri Acetobacter.
Diagram alir proses pembuatan tape sukun
Tanaman Sukun Sebagai Obat-obatan
Daun tanaman sukun mengandung beberapa zat berkhasiat seperti saponin, polifenol, asam hidrosianat, asetilcolin, tanin, riboflavin, phenol. Daun tanaman ini juga mengandung quercetin, champorol dan artoindonesianin, dimana artoindonesianin dan quercetin adalah kelompok senyawa dari flavonoid. Artoindonesianin adalah senyawa kimia dari kelompok senyawa flavonoid dengan kerangka dasar dibentuk dari molekul artoindonesianin E yang terprenilasi, teroksigenasi, dan/atau tersiklisasi. Senyawa flavanoid umumnya bersifat antioksidan dan banyak yang telah digunakan sebagai salah satu komponen bahan baku obat-obatan. Tanaman yang produksi senyawa flavanoid diduga berfungsi sebagai bahan kimia untuk mengatasi serangan penyakit (sebagai antimikroba atau antibakteri) bagi tanaman. Pertama, flavonoid sebagai oksidan yakni melalui mekanisme pengaktifan jalur apoptosis sel kanker.
Mekanisme apoptosis sel pada teori ini merupakan akibat fragmentasi DNA. Fragmentasi ini diawali dengan dilepasnya rantai proksimal DNA oleh senyawa oksigen reaktif seperti radikal hidroksil. Senyawa ini terbentuk dari reaksi redoks Cu(II). Senyawa tembaga ini dimobilisasi oleh flavonoid baik dari ekstra sel maupun intra sel terutama dari kromatin. Kedua, flavonoid sebagai antioksidan. Efek antioksidan flavonoid terutama berupa proteksi terhadap Reactive Oxygen Species (ROS). Ketiga, flavonoid sebagai penghambat proliferasi tumor/kanker yang salah satunya dengan menginhibisi aktivitas protein kinase sehingga menghambat jalur tranduksi sinyal dari membran sel ke inti sel. Keempat, dengan menghambat aktivitas reseptor tirosin kinase. Karena aktivitas reseptor tirosin kinase yang meningkat berperan dalam pertumbuhan keganasan. Sedangkan quercetin merupakan turunan dari flavonoid, khususnya yang flavonol, digunakan sebagai suplemen gizi. American Cancer Society mengatakan bahwa quercetin telah dipromosikan sebagai efektif terhadap berbagai jenis penyakit, termasuk kanker.
Selain untuk mengobati kanker, daun sukun efektif mengobati penyakit liver, hepatitis, pembesaran limpa, jantung, ginjal, tekanan darah tinggi, kencing manis dan juga bisa untuk penyembuh kulit yang bengkak atau gatal-gatal. Selain itu ada juga yang memanfaakan batangnya untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang baru 8-10 hari melahirkan. Zat-zat yang terkandung di daunnya pun juga bisa mampu untuk mengatasi peradangan.

Senin, 12 Desember 2016

60 Bahaya Penyedap Rasa Makanan dan MSG bagi Kesehatan

Saat ini banyak sekali makanan beragam bentuk, warna dan rasa. Produsen makanan skala kecil hingga yang sudah berskala nasional berlomba-lomba menciptakan jenis dan rasa makanan yang dapat membuat pembeli tergiur untuk membeli produk mereka. Minuman dengan aneka rasa, camilan dengan sejuta rasa dan warna tentu menjadi daya tarik tersendiri bagi kita sebagai konsumen. Namun tahukah anda dibalik itu semua ternyata makanan-makanan tersebut menyimpan bahaya yang bisa berdampak buruk bagi kesehatan kita.
Makanan atau minuman yang mengusung rasa buah atau sayuran sekalipun, berdasarkan banyak penelitian yang telah ditemukan, ternyata tetap saja mengandung bahaya bagi kesehatan. Ini karena penyedap rasa yang digunakan di dalam berbagai makanan tersebut merupakan penyedap rasa buatan.
Adapun bahaya penyedap rasa jangka pendek terdapat pada makanan yaitu:
1. Sakit kepala
2. Keringat berlebihan
3. Wajah terasa kaku
4. Mati rasa, terasa kesemutan dan juga rasa terbakar di area wajah, leher, dan area lainnya.
5. Detak jantung berdetak lebih kencang.
6. Sakit pada bagian dada
7. Mual
8. Kesulitan bernafas
9. Mudah mengantuk

Efek bahaya dari penyedap rasa di atas hanya dalam jangka waktu pendek. Artinya, penyedap rasa pada makanan yang kita konsumsi secara langsung dapat membuat kita merasa mual seketika setelah dia mengkonsumsi makanan yang mengandung penyedap rasa tersebut.

Bahaya Penyedap Rasa MSG
MSG sebagai salah satu dari bentuk penyedap rasa, sudah digunakan dalam kurung waktu yang berdekade – dekade. Selama kurung waktu tersebut pun, banyak laporan akan efek dari MSG sebagai penyedap rasa. Walaupun memang penggunaan MSG sendiri diperbolehkan oleh pemerintah. Efek dari penyedap rasa berupa MSG ini ini menimbulkan reaksi yang dinamakan symptom complex MSG seperti poin-poin di atas.

Assalamualaikum, hai semua apa kabar?

Jumat, 09 Desember 2016

PERBANYAKAN KANTONG SEMAR DENGAN BIJI

Semua tumbuhan penangkap serangga ordo Sarraceniales, memiliki daun tunggal yang duduknya tersebar, sebagian atau seluruhnya mengalami modifikasi menjadi alat penangkap serangga (Darma, 2004).  Ordo Sarraceniales mempunyai tiga familia yaitu Sarraceniaceae, Draseraceae dan Nepenthaceae.  Menurut Bhattacharyya dan Jahri pada tahun 1998, Familia terakhir hanya terdiri dari satu genus Nepenthes (kantung semar) dan memiliki karakter biologi sangat unik yakni mampu mengabsorbsi unsur N dari tubuh serangga yang terjebak di kantungnya (Mulyanto, 2000).
            Kantong semar tergolong kedalam tumbuhan liana (merambat), berumah dua, serta bunga jantan dan betina terpisah pada individu yang berbeda.  Nama kantung diberikan karena adanya struktur unik menyerupai kantung yang merupakan jebakan mematikan bagi serangga (Mulyanto, 2000).  Nepenthes juga membutuhkan cahaya matahari intensif dengan panjang siang hari antara 10-12 jam setiap hari sepanjang tahun, dengan suhu udara antara 23-31°C dan kelembaban udara antara 50- 70%.  Bentuk kantong semar bervariasi dan bergantung pada masing- masing jenis (Dwi, Lestari, & Umiati, 2013).
Nepenthes mempunyai bentuk dan ukuran yang unik serta warna yang bervariasi sehingga berpotensi dikembangkan sebagai tanaman hias.  Bentuknya yang menjuntai ke bawah menyebabkan tanaman ini lebih cocok sebagai tanaman hias dalam pot gantung (LIPI, 2007). Salah satu perbanyakan kantung semar yakni dengan menggunakan biji.  Biji Nepenthes memiliki bentuk seperti serbuk (debu), sehingga dapat disebarkan angin (anemokori) pada lokasi yang sangat luas dan tumbuh terpencar-pencar.  Biji dapat pula terbawa aliran air hujan. Namun pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa tumbuhan ini hanya ditemukan pada kisaran yang sangat terbatas, pada ketinggian 1500- 2000 m dpl.  Hal ini menunjukkan bahwa biji memerlukan substrat yang sesuai untuk dapat tumbuh, khususnya kelembaban, pH tanah dan suhu.  Tanggapan biji terhadap factor lingkungan ini tergantung spesiesnya.  Oleh karena itu pertumbuhan dan penyebarannya bersifat spatial, terbatas pada tempat-tempat tertentu dan jarang tumbuh dalam jumlah besar (Mulyanto, 2000).
Daftar Pustaka
Darma, P. (2004). Keanekaragaman Nepenthes di Taman Wisata Alam Nanggala III , Luwu , Sulawesi Selatan, 6, 126–129.
Dwi, O., Lestari, P., & Umiati, S. P. (2013). Mengintip Kantong Semar sebagai Tanaman Perangkap Serangga, 1–6.
LIPI. (2007). Jurnal Ilmiah Nasional. KEANEKARAGAMAN JENIS Nepenthes (KANTONG SEMAR) DATARAN RENDAH DI KALIMANTAN TENGAH, 8, 15. Retrieved from http://e-journal.biologi.lipi.go.id/index.php/berita_biologi/article /view/1898
Mulyanto, H. (2000). Insectivore Plants Nepenthes sp. at Mount Merbabu. Biodiversitas, Journal of Biological Diversity, 1(2), 54–58. https://doi.org/ 10.130 57/biodiv/d010203



Satu Semester terlewati,, Mata Kuliah Agronomi Klimatologi... Ayo tim semangat UAS dan semoga IP semeter I ini memuaskan dan sesuai dengan kerja keras kita. Aamiin...

“Pertanian di Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor”

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Pertanian adalah kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola lingkungan hidupnya.  Kegiatan pemanfaatan sumber daya alam yang termasuk dalam pertanian biasa dipahami orang sebagai budidaya tanaman atau bercocok tanam meskipun cakupannya dapat pula berupa pemanfaatan mikroorganisme dan bioenzim dalam pengolahan produk lanjutan, seperti pembuatan keju dan tempe, atau sekadar ekstraksi semata, seperti eksploitasi hutan.
Pertanian dalam pengertian yang luas mencakup semua kegiatan yang melibatkan pemanfaatan makhluk hidup untuk kepentingan manusia.   Dalam arti sempit, pertanian dapat diartikan sebagai kegiatan pembudidayaan tanaman.  Usaha pertanian diberi nama khusus untuk subjek usaha tani tertentu.  Kehutanan adalah usaha tani dengan subjek tumbuhan dan diusahakan pada lahan yang setengah liar atau liar (hutan).  Peternakan menggunakan subjek hewan darat kering atau serangga.  Perikanan memiliki subjek hewan perairan.
Makalah ini ditulis untuk memudahkan para pembaca dalam mengetahui mengenai monografi desa, manfaat curah hujan, alasan usaha petani dalam menjalankan dibidang pertanian.
1.2 Tujuan
1.      Mengetahui keadaan monografi Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor;
2.      Mangetahui keadaan curah hujan 9 tahun terakhir di Kecamatan Jatinangor;
3.      Mengetahui pelaku usaha tani di bidang pertanian;
4.      Meningkatkan motivasi terutama mahasiswa pertanian agar dapat bermanfaat bagi para petani;



1.3  Rumusan Masalah
1.      Apa yang dimaksud dengan data monografi desa?
2.      Bagaimana monografi Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor?
3.      Apa manfaat mengetahui curah hujan di suatu daerah?
4.      Apa alasan pelaku usaha tani menjalankan usaha di bidang pertanian?

  

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  Definisi Monografi Desa
Monografi desa adalah himpunan data yang dilaksanakan oleh Pemerintah Desa yang tersusun secara sistematis, lengkap, akurat terpadu dalam penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan.
Monografi desa memuat antara lain:
a.      Agroklimat Wilayah.
b.      Batas Wilayah.
c.       Kependudukan.
d.      Tata Guna Lahan.
e.      Kelembagaan Desa.
f.        Jenis Usaha Petani.
g.      Tingkatan Pendapatan Rata-rata Petani.
h.      Sarana dan Prasarana.

2.2  Monografi Desa Jatiroke
1.      Data Wilayah Administrasi desa
1). Letak
Desa Jatiroke terletak di Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang Propinsi Jawa Barat. Adapun orbitasi, waktu tempuh dan letak desa adalah :
a)      Jarak dari Desa ke Ibu Kota Kecamatan 3 Km, waktu tempuh 30 menit.
b)      Jarak dari Desa ke Ibu Kota Kabupaten 23 km, waktu tempuh 1,5 Jam
c)      Jarak dari Desa ke Ibu Kota Provinsi 28 km, 2 Jam
d)     Waktu tempuh ke Pusat fasilitas terdekat 1 Jam
Dengan letaknya sebagai desa yang teletak di daerah pegunungan maka curah hujan serta suhu rata ratanya dapat di ketahui sebagai berikut :
a)    Curah Hujan                : 2000 s/d 2500 mm
 b)  Jumlah bulan hujan     : 6 bulan
c)  Suhu rata rata              : 23 – 28 C


2). Batas-batas desa
a)    Sebelah Utara                       : Desa Cinanjung
b)   Sebelah Selatan                    : Desa Jatimukti
c)   Sebelah Barat                        : Desa Hegarmanah
d)   Sebelah Timur                      : Desa Cikahuripan
3). Luas Wilayah
Desa Jatiroke                              : 209 Km   257,083 Ha
a.) Tanah Sawah                         : 25  Ha
b.) Tanah Kering                        : 48 Ha
c.) Tanah Perkebunan                 : 71 Ha
d.) Tanah fasilitas umum            : 12,525 Ha
e.) Tanah Hutan                          : 41 Ha
4). Pembagian Administrasi
Adapun perangkat Desa Jatiroke terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa membawahi Kepala urusan Kepala dusun I, Kepala Dusun II, Kepala Dusun III. Selain itu secara Administrative wilayah ini terbagi ke dalam Lima Rukun Warga (RW) dan Tiga Puluh Rukun Tetangga (RT).
Desa Jatiroke dibagi menjadi 3 (Tiga) Wilayah Kerja Kepala Dusun, yaitu:
·         Kepala Dusun I terdiri dari 1 RW dan 6 RT
·         Kepala Dusun II terdiri dari 2 RW dan 13 RT
·         Kepala Dusun III terdiri dari 2 RW dan 12 RT
5). Klasifikasi Desa
Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor Kabupaten Sumedang termasuk Desa Swasembada.

2. Keadaan Tanah, Penggunaan Tanah dan Kondisi Air
1). Keadaan Tanah
a)      Berdasarkan topografi atau bentang lahan Desa Jatiroke merupakan daerah perbukitan atau pegunungan dengan luas wilayah 257,083 Ha
b)      Tingkat kesuburan tanah ( Pertanian, Perkebunan, PPL )
                                                              i.      Sangat Subur               : 32,5 Ha
                                                            ii.      Subur                           : 5 Ha
                                                          iii.      Sedang                                    : 46 Ha
                                                          iv.      Tidak Subur                : -
c)      Adapun jenis tanah secara umum adalah berpasir sehingga lahan pertanian untuk Padi sedikit dibandingkan dengan luas wilayah.

2). Penggunaan lahan dari desa Jatiroke
·         Lahan untuk tanaman pangan atau tanaman obat
·         Lahan untuk perkebunan
·         Lahan untuk pengembangan industri
·         Lahan untuk peternakan
·         Lahan untuk perikanan
·         Lahan untuk pengembangan wisata
·         Lahan untuk pengembangan pertambangan
·         Lahan untuk pengembangan perdagangan

3). Kondisi Air
Kondisi air secara umum baik, hal ini dapat dilihat dari scoring potensi desa dengan komponen air bersih, dimana sumber mata air memiliki skor 5. Selain itu juga didukung oleh keberadaan sumur gali, akan tetapi ada beberapa RW yang kondisi airnya kurang baik dari segi adanya bangunan pabrik yang lokasinya dekat dengan beberapa RW di Desa Jatiroke. Kebutuhan akan air sangat tinggi khususnya untuk pertanian dan kebutuhan sehari hari.

2.      Keadaan Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan
1)     Keadaan Pertanian
               Walaupun luas lahan pertanian sedikit, akan tetapi kondisi untuk pengembangan lahan pertanian padi cukup potensial, hal ini terlihat dari total skor 31% untuk tanaman padi.
2)     Keadaan Perkebunan
a)     Kelapa                         : Kurang potensial
b)    Kelapa Sawit               : Kurang potensial
c)     Kopi                            : Kurang potensial
d)    Cengkeh                      : Kurang potensial
e)     Coklat                         : Kurang potensial
f)     Pisang                          : Kurang potensial
g)    Lada                            : Kurang potensial
h)    Karet                           : Kurang potensial
i)     Panili                           : Kurang potensial
j)     Tembakau                    : Kurang potensial
k)    Pala                             : Kurang potensial
l)     Mete                            : Kurang potensial
3)      Keadaan Kehutanan
a)      Adapun luas hutan yang pada saat ini dapat dibedakan atau dibagi atas beberapa jenis
i)        Hutan Asli                         : 46 Ha
ii)      Hutan Lindung                 : 41 Ha
iii)    Hutan Produksi                 : 57 Ha
b)      Jenis Kayu tanaman hutan terdiri dari
i)        Kayu Jati
ii)      Kayu Mahoni
iii)    Kayu Albasia
c)      Luas hutan yang kondisinya baik sekitar 41 Ha
d)     Nilai produksi hutan tahun 2004 jauh menurun dibandingkan dengan produksi tahun 2009

4. Keadaan Peternakan atau Perikanan
1).  Keadaan Peternakan
a)  Pada umumnya jenis ternak yang ada di Desa Jatiroke adalah kerbau, sapi,  kambing, domba, ayam, itik, bebek, angsa,
b)  Akan tetapi pengembangan ternak di Desa Jatiroke masih kurang potensial, hal ini disebabkan oleh karena teknologi peternakan yang masih tradisional dan tidak adanya teknologi peternakan yang modern
c)  Hasil peternakan berupa ternak, telur,  dan lain-lainnya dijual melalui pedagang eceran
2).  Keadaan Perikanan
a)  Potensi perikanan yang terdapat di Desa Jatiroke adalah perikanan di sawah dan kolam
b)  Adapun penjualan dari hasilnya dijual ecer.
c)  Secara keseluruhan hasil tangkapan ikan (sawah, kolam) dan dampaknya terhadap pengembangan perikanan masih kurang potensial.

5. Kependudukan
1).  Jumlah penduduk pada saat ini:
a)  Jenis kelamin
     - Laki-Laki                                                                  : 3.286 orang
     - Perempuan                                                                : 3.160 orang
                 Jumlah                                                             : 6.446 orang
b)  Kepala keluarga                                                          : 1.738 KK
c)  Kewarganegaraan
i)    WNI Laki-Laki                                                    : 3.359 orang
      WNI Perempuan                                                  : 3.311 orang
      Jumlah                                                                 : 6.770 orang
ii)   WNA Laki-Laki                                                  : -
      WNA Perempuan                                                : -
      Jumlah                                                                 : -

2).  Jumlah penduduk menurut agama/penghayatan terhadap Tuhan YME
a)   Islam                                                                           : 5013 orang
b)   Kristen                                                                                    :   -
c)   Katholik                                                                      :  4 orang
d)   Hindu                                                                           : -
e)   Budha                                                                        : -
f)   Penganut/Penghayat terhadap Tuhan YME                : -
3).  Jumlah penduduk menurut usia
·         5 – 6 Tahun
      a)   Laki laki                                                                      : 97 orang
      b)   Perempuan                                                                  : 92 orang
·         7 – 12 Tahun
a)  Laki laki                                                                      : 308 orang
b) Perempuan                                                                  : 312 orang
·         13 – 15 Tahun
a)   Laki laki                                                                     : 247 orang
b)   Perempuan                                                                 : 236 orang
·         16 – 21 Tahun
a)   Laki laki                                                                     : 332 orang
b)   Perempuan                                                                 : 215 orang
·         22 – 59 Tahun
a)   Laki laki                                                                     : 1.125 orang
b)   Perempuan                                                                 : 1.226 orang
·         60 Tahun ke atas
a)   Laki laki                                                                     : 179 orang
b)   Perempuan                                                                 : 188 orang
4). Jumlah penduduk menurut tingkat pendidikan
Tidak Tamat Sekolah Dasar                                            : 79 orang
Tamat Sekolah dasar                                                       : 875 orang
Tamat Sekolah Menengah Pertama                                 : 860 orang
Tamat Sekolah Menengah Atas                                       : 121 orang
Akademi / D 1 – D 3                                                       : 32 orang
Sarjana ( S 1 – S 3 )                                                         : 12 orang
5). Jumlah penduduk menurut mata pencaharian
Petani                                                                                             490 orang
Buruh Tani                                                                                    150 orang
Wiraswasta / Pedagang                                                                    54 orang
Pengrajin                                                                                          17 orang
P N S                                                                                               37 orang
TNI / POLRI                                                                                   12 orang
Pensiunan                                                                                         10 orang
Karyawan Swasta                                                                                      475 orang
Pertukangan                                                                                     30 orang
Lain lain                                                                                         120 orang

6). Jumlah penduduk menurut Tingkat Kesejahteraan
Prasejahtera                                                                                   114 orang
Sejahtera I                                                                                     325 orang
Sejahtera II                                                                                  543 orang
Sejahtera III                                                                                200 orang
Sejahtera III Plus                                                                            30 orang
2.3  Curah Hujan Kecamatan Jatinangor



2.4  Pelaku Usaha Tani
Nama pelaku tani        : Pak Dadang
Usia                             : 60 tahun
Komoditas utama        : Padi
Komoditas lain            : cabe, bawang daun, atau tomat secara tumpang sari           



BAB III
PENUTUP
Dapat disimpulkan pada hasil kunjungan penulis ke Desa jatiroke yang diantaranya adalah,
1.      Desa Jatiroke termasuk salah satu Desa Swasembada,
2.      Keadaan lahan pertanian di Desa Jatiroke cukup potensial untuk ditanami tanaman padi, dengan jumlah skor 31% sedangkan untuk tanaman perkebunan kurang potensial,
3.      Masyarakat yang bermata pencaharian sebagai petani lebih banyak dibandingkan mata pencaharian lainnya,
4.      Curah hujan tinggi dialami pada tahun 2010 dan 2016 dengan curah hujan sekitar 3500 mm,
5.      Komoditas utama Desa Jatiroke adalah tanaman padi dan komoditas yang lainnya diantaranya cabe, bawang daun, atau tomat secara tumpang sari.  Dan jenis cabai yang menjadi ciri khas Desa Jatiroke adalah Cabai Tanjung.
Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan diantaranya,
1.      Mengembangkan sektor perikanan yang kurang potensial,
2.      Adanya pengolahan hasil ternak untuk meningkatkan angka penghasilan masyarakat,

3.      Melakukan penanaman tumpang sari agar meningkatnya nilah ekonomis penggunaan lahan.