Dalam prinsip ekonomi manusia dikenal tanpa ada rasa puas. Jika sudah mendapatkan ini, minta itu. Jika sudah mendapatkan itu, minta yang lain lagi. Tak ada puasnya. Padahal sebenarnya Allah telah memberikan lebih dari yang kita minta.
Kembali ke masalah hubungan manusia dengan sesama. Tidak mungkin ada langit tanpa bumi. Siang tanpa malam. Gelap tanpa terang. Tak akan ada presiden tanpa rakyat. Direktur tanpa karyawan. Orang kaya tanpa orang miskin, karena "Allah telah menciptakan segala sesuatunya secara berpasang-pasangan." (QS Adz Dzaariyaat : 49). Maka kehadiran orang lain adalah berkah ilahi. Kehadiran kita, kebahagiaan dan kedudukan kita terasa tidak berarti tanpa kehadiran orang lain. Kita menjadi ada karena orang lain mengakui keberadaan kita.
Inilah salah satu inti ajaran Islam. Bahwa selain mengaturhubungan kita dengan Allah (Hablumminallah), juga mengatur hubungan kita dengan sesama manusia (Hablumminannas). Adakah yang tahu kenapa banyak sekali ayat di dalam Al-Qur'an yang menggandengkan antara shalat dan zakat? Tercatat lebih dari 70 kali Allah menggandengkan keduanya di dalam Al-Qur'an. Berdasarkan pendapat kebanyakan ulama, hal ini merupakan penegasan bahwa antara Hablumminallah dengan Hablumminannas haruslah seimbang. Tak bisa diprioritaskan salah satu saja.
Coba kita pelajari lagi tentang definisi orang yang bangkrut yang disampaikan Rasulullah. Dialah orang yang datang pada hari kiamat membawa pahala shalatnya, puasanya, zakatnya, sedekahnya, wakafnya, hajinya, dan umrahnya. Tetapi ketika seluruh pahala kebaikannya itu ditimbang di hadapan Allah SWT, datanglah istrinya, anaknya, dan orang yang pernah dizaliminya mengadu kepada Allah atas apa yang pernah dilakukan orang itu ketika di dunia. Akhirnya Allah menyuruhnya membayar dengan pahalanya dan ketika pahalanya habis maka ditimpakan kesalahan orang yang pernah dizaliminya kepadanya. Dia menjadi bangkrut. Amalnya habis bahkan kini dia harus menanggung dosa sehingga Allah melemparkannya ke neraka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar