Sabtu, 25 November 2017

Viabilitas dan Vigor Benih Komoditas Kacang Merah




Kelompok 3

Rizki Saddik Ismail
150510160013
Devina Christifanny
150510160038
A.Faikar Makarim
150510160128
M. Kheandra Abietha
150510160158
Sesillia Shania N.W.
150510160167
Putri Artha Leider
150510160188




FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN

A.   Sekilas mengenai Kacang Merah

Kacang merah tergolong makanan nabati kelompok kacang polong (legume); satu keluarga dengan kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo, dan kacang uci. Kacang merah terbagi menjadi beberapa jenis, diantaranya: red bean, kacang adzuki (kacang merah kecil), dan kidney bean (kacang merah besar). Tanaman kacang merah tergolong dalam tanaman semak merambat yang membutuhkan penyangga ketika tumbuh.

Tanaman kacang merah memiliki daun majemuk berbentuk jorong serta beranak daun tiga. Kacang merah tumbuh dengan memiliki tinggi sekitar 3,5 m hingga 4,5 m.  Sedangkan buahnya berbentuk polong serta memanjang.  Dalam satu polong umumnya terdapat 2 hingga 3 biji kacang merah.  Bentuk biji kacang merah memiliki ukuran lebih besar dibanding biji kacang hijau ataupun kacang panjang dengan kulit biji berwarna merah tua atau merah bata.  Jika kulit biji dikupas, maka akan terlihat biji kacang yang berwarna putih.

Adapun pengklasifikasian Tanaman Kacang Merah yakni,
-          Kingdom                     : Plantae (Tumbuhan)
-          Subkingdom                : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
-          Super Divisi                : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
-          Divisi                          : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
-          Kelas                          : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
-          Sub Kelas                    : Rosidae
-          Ordo                           : Fabales
-          Famili                          : Fabaceae (suku polong-polongan)
-          Genus                          : Phaseolus
-          Spesies                        : Phaseolus angularis (Willd.) Ohwi & H.Ohashi

Tanaman kacang merah dapat tumbuh baik pada daerah berhawa dingin atau basah dengan ketinggian antara 1.400 m hingga 2.000 m diatas permukaan laut.  Temperatur yang dibutuhkan kacang merah untuk tumbuh adalah sekitar 16o C hingga 27o C dengan curah hujan antara 900 mm hingga 1.500 mm per tahunnya.  Namun dapat pula tumbuh pada curah hujan antara 500 mm hingga 600 mm tetapi dalam satu musim penanaman.  Kacang merah akan tumbuh dengan baik pada lahan yang memiliki pH antara 6.0 hingga 6.8 dengan sistem drainase yang baik.
Ada tiga jenis dari kacang merah yaitu red bean, kacang adzuki atau kacang merah kecil, dan kidney bean atau kacang merah besar.  Dalam bahasa Jepang, adzuki memiliki arti berukuran kecil.  Kacang adzuki memiliki warna yang lebih gelap dibandingkan red bean dan banyak tumbuh di kawasan Asia Timur.  Sedangkan Kidney Bean adalah jenis kacang merah yang memiliki ukuran paling besar diantara kedua jenis kacang merah lainnya.  Jenis ini juga banyak dijumpai di Indonesia.
Kacang merah banyak mengandung protein, lemak, natrium, serat, vitamin B1, vitamin B2, asam folat, dan mineral.  Oleh karena itu, kacang merah sangat bermanfaat bagi tubuh serta sangat dianjurkan untuk dikonsumsi secara rutin.  Kandungan vitamin B1nya mampu mencegah beri-beri serta menjaga metabolisme dan fungsi saraf.  Kandungan protein nabatinya mampu mecegah tumbuhnya sel kanker pada usus besar.  Kandungan zat besi dan tembaga yang ada dalam kacang merah mampu mencegah anemia serta membantu pembentukan berbagai enzim penting dalam tubuh.

B.    Viabilitas Benih Kacang Merah
Viabilitas adalah kemampuan benih untuk berkecambah dan menghasilkan kecambah yang normal pada kondisi lingkungan optimum. Untuk dapat mengetahui suatu benih dapat dikatakan viable atau tidak perlu dilakukan pengujian viabilitas benih. Pengujian ini bisa dilakukan secara langsung, maupun tidak langsung. Pada pengujiann vaibilitas benih penilaian dilakukan dengan membandingkan kecambah satu dan lainnya dalam satu substrat. Dengan demikian faktor subjektif dari penguji sulit untuk diragukan.
Cara yang dapat digunakan untuk menduga viabilitas benih adalah dengan uji viabilitas secara langsung dan uji viabilitas secara tidak langsung. Uji viabilitas yang tidak langsung adalah dengan penggunaan pola warna garam tetrazolium (uji tetrazolium). Pada uji perkecambahan secara langsung diperlukan kondisi kelembaban, temperature, aerasi, dan cahaya yang sesuai serta menguntungkan bagi perkecambahan. Walaupun  semua kondisi diatur dengan sedemikian rupa, umumnya uji perkecambahan berlangsung selama beberapa hari. Sehingga uji perkecambahan secara langsung hasilnya tidak dapat langsung diketahui. Sedangkan uji tetrazolium memberikan hasil yang lebih cepat daripada uji perkecanbahan secara langsung. Indikasi yang diperoleh dari pengujian tetrazolium bukan berupa perwujudan kecambah, melainkan pola-pola pewarnaan bagian embrio, sehingga waktu yang diperlukan untuk pengujian tetrazolium tidak terlalu lama.
Pada umumnya nilai viabilitas benih dinyatakan dengan persentase perkecambahan. Di mana perkecambahan benih harus cepat dan pertumbuhan kecambahnya kuat, dan ini mencerminkan kekuatan tumbuhnya, yang dapat dinyatakan dengan laju perkecambahan. Persentase perkecambahan menunjukkan jumlah kecambah normal yang dihasilkan oleh benih murni pada kondisi lingkungan tertentu dengan jangka waktu yang telah ditentukan.
Viabilitas benih dapat diukur dengan tolak ukur daya berkecambah. Perkecambahan benih adalah muncul dan berkembangnya struktur terpenting dari embrio benih serta kecambah tersebut menunjukkan kemampuan untuk berkembang menjadi tanaman normal pada kondisi lingkungan yang menguntungkan. Viabilitas benih menunjukkan daya hidup benih, aktif secara metabolic dan memiliki enzim yang dapat mengkatalis reaksi metabolic yang diperlukan untuk perkecambahan dan pertumbuhan kecambah.
Hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga viabilitas benih adalah penyimpanan benih. Penyimpanan benih merupakan salah satu mata rantai terpenting dalam rangkaian kegiatan teknologi benih. Menurut Lita Sutopo (1998), tujuan utama penyimpanan benih adalah untuk mempertahankan viabilitas benih dalam periode simpan sepanjang mungkin.
Faktor yang mempengaruhi viabilitas benih selama penyimpanan adalah faktor internal dan eksternal. Faktor intermal mencakup sifat genetik, daya tumbuh, vigor benih, kondisi kulit benih, dan kadar air benih awal. Faktor eksternal yang mempengaruhi adalah kemasan benih, komposisi gas, suhu, dan kelembaban ruang simpan.


C.   Vigor Benih Kacang Merah
Vigor adalah kemampuan benih menumbuhkan tanaman normal yang berproduksi normal pada kondisi lapangan yang optimum maupun suboptimum (Sadjad, 1994). Beberapa uji vigor yang dapat dilakukan antara lain, uji kekuatan berkecambah, uji penuaan dipercepat, dan uji lingkungan stress. International Seed Testing Association (2010) mendefinisikan bahwa vigor sebagai sekumpulan sifat yang dimiliki benih yang menentukan tingkat potensi aktivitas dan kinerja benih atau lot benih selama perkecambahan dan munculnya kecambah.

Pengujian vigor dapat memberikan petunjuk mutu benih yang lebih tepat daripada pengujian daya berkecambah, memberikan tingkatan yang konsisten dari lot benih yang acceptable germination mengenai mutu fisiologis, fisik lot benih, dan memberikan keterangan tentang pertumbuhan dan daya simpan suatu lot benih guna perencanaan strategi pemasaran.Benih yang mampu menumbuhkan tanaman normal, meskipun kondisi alam tidak optimum atau suboptimum disebut benih memiliki vigor (Vg).

Benih yang memiliki vigor akan menghasilkan produksi diatas normal bila ditumbuhkan pada kondisi optimum (Sadjad, 1994). Benih yang memiliki vigor rendah akan berakibat terjadinya kemunduran benih yang cepat selama penyimpanan, makin sempitnya keadaan lingkungan, tempat benih dapat tumbuh, kecepatan berkecambah benih yang menurun, serangan hama dan penyakit meningkat, jumlah kecambah abnormal meningkat, dan rendahnya produksi tanaman.

Benih yang memiliki vigor mampu menumbuhkan tanaman normal pada kondisi alam suboptimum dikatakan memiliki vigor kekuatan tumbuh (VKT) yang mengindikasikan bahwa vigor benih mampu menghadapi lahan pertanian yang kondisinya suboptimum (Sadjad, 1994).

Faktor genetik yang mempengaruhi vigor benih adalah pola dasar perkecambahan dan pertumbuhan yang merupakan bawaan genetik dan berbeda antara satu spesies dan spesies lain. Faktor fisiologis yang mempengaruhi vigor benih adalah semua proses fisiologis yang merupakan hasil kerja komponen pada sistem biokimia benih. Faktor eksternal yang mempengaruhi vigor benih adalah kondisi lingkungan pada saat memproduksi benih, saat panen, pengolahan, penyimpanan, dan penanaman kembali.  Dalam penyimpanan kacang merah sebaiknya dimasukkan pada tempat penyimpanan yang kering, kedapudara, bebas paparan cahaya, dan bisa menjaga kadar air dalam kacang tetap rendah (7%-14%). Kualitas kacang tetap terjaga selama 6 bulan bila disimpan di dalam suhu ruang. Tetapi pada suhu lebih tinggi, kacang mudah berbau tengik dan ditumbuhi jamur. Suhu yang lembab  juga bisa mengundang kutu dan serangga pemakan kacang. Bila ingin umur simpan kacang lebih panjang, kacang merah dapat disimpan dalam freezer.

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan perbedaan vigor benih adalah penuaan benih akibat kemunduran benih, kerusakan benih pada saat imbibisi, dan kondisi lingkungan öpada saat pengembangan benih serta ukuran benih. Kacang merah mudah mengalami kerusakan pasca panen, baik kerusakan fisik (fisiologis), mekanis, maupun mikrobiologis (serangan hama dan penyakit). Kerusakan fisik misalnya biji yang mudah hancur ketika menghantam batu atau benda keras. Kacang merah juga mudah mengalami kerusakan mekanik jika level kadar airnya diatas 15%. Sedangkan kerusakan biologis dapat terjadi karena serangan kutu, dan jamur.

Adapun metode pengujian yang digunakan diantaranya,
1.   UJI KERIKIL BATA
Uji kerikil bata ini di lakukan dengan meletakkan benih kacang merah seacara teratur pada bak pengecambahan setinggi 5 cm, kemudian hamparkan kerikil bata setebal 3 cm di atas benih tersebut dan jaga kelelmbaban media, setelah itu lakukan pengamatan teradap kecambah yang muncul pada hari ketujuh LDC;

2.   UJI TANAM  DALAM ATAU UJI DAYA MUNCUL
Metode ini dilakukan dengan cara meletakkan benih kacang merah secara teratur pada bak perkecambahan setinggi 10 cm, lalu hamparkan tanah pasir sebagai penutup setebal 3 cm(sebagai control_ dan 5 cm(sebagai perlakuan kedalaman) di atas benih tersebut dan jaga kondisi kelembaban media, kemudian lakukan pengamatan teradap kecambah yang muncul pada hari ketujuh LDC;



3.   UJI SALINITAS BENIH
Metode pengujian ini dilakukan dengan larutan NaCl dengan berbagai  konsentrasi ( 0%, 0,5%, 1,5%, dan 2%) yang telah ditentukan dalam bagian air, kemudian lembabkan kertas merang menggunakan larutan garam tersebut, kecambahkan benih benih pada kertas merang tersebut dan tutup dengan kertas merang sama di beri perlakuan yang sama (menggunakan metode UKDP), lakukan pengamatan LDC.








Daftar Pustaka
Danapriatna, Nana. 2012. Pengaruh Penyimpanan Benih Terhadap Viabilitas Benih Kedelai.
https://pbftp13.wordpress.com/2014/04/23/red-kidney-bean-phaseolus-vulgaris-l/
International Seed Testing Association, 2010. International Rules for Seed Testing. Proc, of the ISTA. 31 (1)
Lita Soetopo. 1998. Teknologi Benih. Depok, PT. RAJAGRAFINDO PERSADA
Sjamsoe’oed Sadjad. 1994. Teknologi Benih dan Masalah Uji Viabilitas Benih. Proc. Kursus Singkat Pengujian Benih. IPB. Bogor, hlm, 31-43





Tugas Dasar Teknologi Benih
1.   Jelaskan apa yang dimaksud dengan dormansi, deteriorasi, viabilitas, dan vigor benih !
Jawab :
-     Dormansi adalah suatu keadaan di mana di mana benih sebenarnya masih hidup, tetapi tidak bisa berkecambah walaupun diletakkan pada keadaan yang optimum.
-     Deteriorasi adalah kemunduran benih di mana mutu fisiologis benih menurun yang menimbulkan perubahan secara menyeluruh pada benih baik secara fisik, fisiologis, maupun kimiawi.
-     Viabilitas adalah daya hidup benih yang dapat dilihat melalui gejala metabolisme atau gejala pertumbuhan pada lingkungan yang baik untuk perkecambahan atau lingkungan optimum.
-     Vigor adalah kemampuan benih untuk tumbuh dengan normal pada kondisi lingkungan sub-optimum.
2.   Mengapa perlu dilakukan uji vigor? Apa keuntungan dan kerugiannya ?
Jawab :
      Uji vigor pada benih dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh dengan normal pada keadaan yang sub-optimal dan untuk mengetahui daya simpan benih.
-     Keuntungan : dengan melakukan pengujian vigor benih kita dapat mengetahui kemampuan benih untuk tumbuh di lapangan pada keadaan yang sub-optimal.
-     Kerugian : pada uji vigor kerugian yang dialami akan berbeda-beda, tegantung pada metode yang digunakan. Contohnya pada uji kecepatan benih berkecambah, pada metode ini kerugian atau kekurangan yang akan kita dapat adalah hasil pengujian tidak dapat diketahui secara langsung. Kita harus menunggu selama beberapa hari hingga benih berkecambah
3.   Bagaimana cara untuk mengetahui viabilitas dan vigor benih, baik secara langsung maupun tidak langsung
Jawab :
      Untuk mengetahui viabilitas dan vigor pada benih perlu dilakukan pengujian terlebih dahulu. Metode pengujian yang dapat digunakan untuk mengetahui viabilitas benih adalah uji daya berkecambah (secara lansung), uji daya hantar listri, dan uji tetrazolium (secara tidak langsung). Metode pengujian yang dapat dilakukan untuk mengetahui vigor benih adalah uji kecepatan berkecambah, uji penuaan dipercepat, uji kerikil bata, dan uji lingkungan stress.
4.   Sebutkan lembaga perbenihan yang ada di Jawa Barat, serta sebutkan fungsinya masing-masing sehingga persediaan benih unggul bermutu tinggi
Jawab :
-     UPTD Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura Propinsi Jawa Barat. Fungsinya adalah :
•     Melaksanakan pengawasan terhadap pemasaran benih padi, palawija, dan hortikultura.
•     Melaksanakan penilaian terhadap kultivar padi, palawija, dan hortikultura.
•     Melaksanakan pengujian pada benih padi, palawija, dan hortikultura.
-     Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (balittri). Fungsinya adalah
•     Sebagai pelaksana penelitian genetika, pemuliaan, perbenihan, dan pemanfaatan plasma nutfah tanaman industri dan penyegar
•     Sebagai pelaksana penelitian penanganan hasil tanaman industri dan penyegar
•     Mempersiapkan kerja sama, infromasi, dokumentasi, serta penyebarluasan dan pendayagunaan hasilpenelitian tanaman industri dan penyegar.
5.   Apa yang saudara ketahui tentang FDC, LDC, CML, benih ortodok, dan benih rekalsitran?
Jawab :
-     FDC atau First Day Count adalah hari dimulainya perhitungan perkecambahan benih. Setiap benih memiliki FDC yang berbeda, contohnya pada benih jagung FDC nya adalah hari ke-4 setelah tanam dan benih kedelai FDC nya adalah hari ke-5 setelah tanam.
-     LDC atau Last Day Count adalah hari terakhir dilakukannya perhitungan perkecambahan benih. Sama halnya dengan FDC, setiap benih juga memiliki LDC yang berbeda, contohnya pada jagung yaitu hari ke-7 dan kedelai pada hari ke-8.
-     CML atau Critical Moisture Level adalah kadar air minimal yang harus dicapai suatu benih untuk dapat memulai perkecambahan.
-     Benih ortodok adalah benih yang bisa dikeringkan sampai pada kadar air yang rendah yaitu 9-12% dan dapat disimpan pada suhu dan kelembaban yang rendah tanpa menurunkan viabilitas benih.

-     Benih rekalistran adalah benih yang peka terhadap proses pengeringan dan akan mengalami kemunduran pada kadar air dan suhu yang rendah. Kadar air pada benih rekalsitran adalah >25%.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar