MAKALAH
Rekayasa Teknologi Produksi Organ
Target Akar pada Tanaman Suweg (Amorphophallus
paeoniifolius)
Untuk memenuhi tugas mata kuliah
Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman
Disusun oleh:
Rizki Saddik Ismail 150510160013
Fakultas
Pertanian - Universitas Padjadjarann
Jalan
Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat.
2017
Kata
Pengantar
Puji
syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-Nya penulis
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rekayasa Teknologi Produksi Organ
Target Akar pada Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius)”. Makalah
ini disusun untuk memberikan pengetahuan tentang salah satu kegiatan yang
digunakan untuk merekayasa teknologi produksi organ target akar pada tanaman
suweg..
Penulis menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga
penulis berharap para pembaca dapat turut memberikan saran dan kritik yang
membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Jatinangor, Oktober 2017
|
Penulis
|
DAFTAR ISI
DAFTAR
GAMBAR
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Umbi
suweg merupakan umbi yang kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia apalagi
generasi muda. Hal ini dikarenakan biasanya umbi suweg ini tumbuh di
halaman rumah penduduk, tepi hutan, pinggir jalan, ataupun tanah - tanah kosong
yang tidak digarap. Namun karena adanya
alih fungsi lahan menjadi pemukiman, jalan raya, dan pabrik - pabrik membuat
tanaman ini sulit ditemukan di Indonesia. Selain itu apabila memakan umbi tersebut
akan timbul rasa gatal - gatal di lidah. Rasa gatal - gatal dapat terjadi karena umbi
suweg mengandung kristal kalsium oksalat. Perendaman umbi suweg ke dalam air sebelum
dimasak dan penambahan asam nitrat atau asam klorida encer serta pemansan yang
intensif dapat menghilangkan penyebab gatal - gatal tersebut karena kalsium
oksalat dapat larut dalam asam kuat.
Umbi
suweg mempunyai kadar serat yang cukup tinggi dan mempunyai kemampuan dalam
mengikat kolesterol yang dapat disetarakan dengan oat instan. Umbi suweg dapat
dijadikan sebagai pangan fungsional karena memiliki Indesk Glisemik (IG) yang
rendah dan bisa menekan peningkatan gula darah sehingga dapat dikonsumsi bagi
penderita diabetes mellitus. Selain itu,
kandungan serat pangan yang tinggi dalam umbi suweg mempunyai potensi untuk
mencegah penyakit degeneratif seperti jantung koroner dengan mekanisme penurunan
kolesterol dalam darah.
Sebagian
besar masyarakat biasanya mengolah umbi suweg ini dengan cara dikukus. Namun dalam beberapa hasil penelitian
ditemukan bahwa umbi suweg dapat dikembangkan sebagai tepung umbi atau tepung
pati. Tepung umbi suweg dapat dipakai
sebagai pangan fungsional yang bermanfaat untuk menekan peningkatan gula darah
sekaligus mengurangi kadar kolesterol. Apabila
umbi suweg sudah berbentuk tepung dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan
mie, kue, cookies, ataupun bubur sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari
tepung umbi suweg. Namun belum cukup
banyak industri yang mengolah umbi suweg ni menjadi tepung, hal ini dapat
terjadi karena sebagian besar masyarakat mengganggap tanaman ini sebagai tanaman
liar karena menimbulkan rasa gatal serta kurangnya sosialisasi akan manfaat
dari pangan fungsional umbi suweg ini.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. Apa
yang dimaksud dengan tanaman suweg?
2. Bagaimana
merekayasa pertumbuhan dan perkembangan organ target akar pada tanaman suweg?
3. Apa
manfaat tanaman suweg?
C.
Tujuan
Adapun
tujuan yang ingin dicapai dari disusunnya makalah ini, diantaranya sebagai
berikut:
1. Untuk
mengetahui penggolongan tanaman suweg,
2. Untuk
mengetahui jenis – jenis suweg yang dapat dikonsumsi,
3. Untuk
mengetahui perekayasaan teknologi produksi organ target akar pada tanaman
suweg,
4. Untuk
mengetahui kegunaan dan manfaat dari tanaman suweg.
BAB II
PEMBAHASAN
Indonesia
merupakan negara mega diversity
dengan kekayaan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia setelah Brazilia, yang
diperkirakan memiliki 10% dari flora dunia dan sebagian besar keanekaragaman
hayati tersebut tersimpan dalam hutan hujan tropis Indonesia. Akan tetapi hingga kini, eksploitasi sumber
daya hutan hanya berorientasi pada kayu, padahal produk hasil hutan bukan kayu
dapat dijadikan salah satu potensi yang dapat menjadi penghasilan masyarakat di
sekitar hutan (Anonim, 2010).
Perum
Perhutani di beberapa daerah telah melakukan pembinaan terhadap masyarakat
lokal sekitar hutan untuk memanfaatkan tanaman liar dari marga Amorphophallus
(keluarga iles-iles) yang salah satu jenisnya lebih dikenal sebagai bunga
bangkai (corpse flowers) yaitu Amorphophallus
titanum. Suweg, iles-iles dan porang
yang tergolong ke dalam suku talas-talasan oleh beberapa kalangan industri
makanan dan suplemen kesehatan mulai dilirik sebagai bahan baku karena
kandungan gizinya. Kelebihan lain dari tanaman
tersebut adalah kemampuannya hidup di bawah naungan. Dengan sifat tumbuh yang jarang dimiliki
tanaman budidaya lainnya, maka sebagai lahan penanamannya dapat memanfaatkan
lahan di bawah tegakan hutan.
Adapun
penggolongan atau klasifikasi tanaman suweg ini yakni sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Tracheophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Arales
Familia : Araceae
Genus : Amorphophallus
Species : Amorphophallus paeoniifolius
(Romand, 2013).
Gambar 1. Penampakkan tanaman suweg A. paeoniifolius
Di
seluruh dunia, ada sekitar 90 jenis Amorphophallus. Selain suweg dan bunga
bangkai raksasa, yang juga dikenal masyarakat adalah iles-iles (Amorphophallus
konjac) dan acung (Amorphophallus variabilis). Umbi suweg, sebenarnya merupakan
batang yang berada dalam tanah. Sementara batang suweg yang bisa mencapai
diameter 10 cm. tinggi 1,5 m. dan berwarna hijau belang-belang putih mirip
tubuh ular itu, sebenarnya hanyalah tangkai daun. Daun suweg sendiri menjari
banyak dan membentuk seperti payung selebar 1 m. Batang semu ini akan
menguning, layu lalu mati menjelang musim kemarau.
Hingga
pada musim kemarau umbi akan mengalami masa dorman (istirahat), untuk tumbuh
lagi pada awal musim penghujan. Dari benih berupa tonjolan di kulit umbi suweg
seukuran kelereng, hingga mencapai ukuran optimal seberat 10 kg, diperlukan
masa pertumbuhan sekitar 5 tahun bahkan lebih. Itupun baru akan terjadi apabila
tanaman suweg tumbuh di lahan yang cocok dengan tuntutan agroklimatnya. Suweg
menuntut tanah yang gembur di bawah naungan tanaman lain. Dia bisa hidup mulai
dari dataran rendah sampai ketinggian 800 m. dpl, dengan curah hujan tinggi
sampai sedang.
Suweg
yang ditanam di bawah tegakan tanaman keras, biasanya hasilnya lebih optimal. Pertumbuhan
tanaman lebih baik dan ukuran umbinya lebih besar. Namun kadar patinya lebih
rendah sementara kandungan airnya lebih tinggi. Suweg yang ditanam secara
tumpang sari di areal terbuka, pertumbuhannya kurang baik, umbinya juga lebih
kecil. Namun kadar patinya lebih tinggi dengan kadar air lebih rendah.
Benih
suweg berupa anakan umbi sebesar telur puyuh dan mata tunas yang berasal dari
kulit umbi dewasa, akan menghasilkan individu tanaman yang kecil dengan hasil
umbi maksimal sebesar kepalan tangan. Umbi demikian masih belum bisa
dikonsumsi. Petani akan membiarkan umbi ukuran kecil ini tetap berada dalam
tanah hingga pada musim penghujan berikutnya akan tumbuh menjadi tanaman
berukuran sedang. Setelah dua sampai dengan tiga tahun dibiarkan tumbuh terus,
ukuran umbi akan mencapai diameter sekitar 15 cm.
Umbi
dengan ukuran ini sudah mulai dikonsumsi. Umbi dengan diameter 15 cm. akan
menghasilkan anakan umbi sebesar kelereng dan mata tunas yang cukup banyak.
Namun tanaman yang dihasilkan dari anakan umbi serta mata tunas dari umbi kecil
demikian, ukurannya juga akan sangat kecil hingga pertumbuhannya lamban. Namun
tunas utama yang ada di tengah-tengah umbi bagian atas, akan menghasilkan
individu tanaman yang cukup besar dan bisa tumbuh cepat. Cara pengambilan dan
penanaman tunas utama pada suweg ini cukup unik. Dengan pisau yang runcing dan
tajam, mata tunas diiris melingkar ke dalam dengan jarak sekitar 3 cm. dari
batas paling luar. Irisan ini akan membentuk kerucut yang melebar.
Bagian
tunasnya menjadi alas kerucut dan irisan ke dalamnya akan membentuk pucuk
kerucut. Setelah tunas diiris, umbi dikupas cukup tebal agar mata tunas serta
tonjolan anakan umbi bisa tumbuh dengan baik. Apabila umbi akan langsung
dikonsumsi, pengambilan tunas utama dan pengupasan, dilakukan petani langsung
pada lubang galian. Kalau hal tersebut dilakukan di rumah, maka kulit serta
tunas utama akan kembali dibawa ke kebun untuk ditanam lagi.
A.
Morfologi Tanaman Suweg
Suweg merupakan tumbuhan herba dan
menahun, batangnya berbentuk tegak, lunak, halus berwarna hijau atau hitam
belang-belang putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan
akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang
akan tumbuh bintil berwarna cokelat kehitamhitaman sebagai alat
perkembangbiakan suweg. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat
tergantung umur dan kesuburan tanah.
B.
Budidaya Tanaman Suweg
Budidaya atau perkembangbiakkan tanaman
suweg dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum
perkembangbiakan tanaman suweg dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu
antara lain:
1.
Perkembangbiakkan dengan katak atau bulbil
Dalam 1 kg Katak
berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian
disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan
yang telah disiapkan.
2.
Perkembangbiakkan dengan biji
Tanaman suweg pada
setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi
buah atau biji. Dalam satu tongkol buah
bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit
suweg dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
3.
Perkembangbiakkan dengan umbi
Dengan umbi yang
kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat
sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya
dimanfaatkan sebagai bibit.
Sedangkan
dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut
dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah
disiapkan.
Gambar 4. Bentuk umbi suweg disertai tangkai buah
dan buah
C.
Syarat Tumbuh Tanaman Suweg
Tanaman suweg dapat tumbuh pada jenis
tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat
berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat
tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya.
Beberapa syarat yang diperlukan tersebut antara lain:
1.
Keadaan Iklim
Tanaman Porang mempunyai sifat khusus
yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh
(tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai
40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang
paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.
2.
Keadaan
Tanah
Untuk hasil yang baik, tanaman Porang
menghendaki tanah yang gembur/ subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat
keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah
apa saja.
3.
Kondisi
Lingkungan
Naungan yang ideal untuk tanaman Porang
adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta
terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga
semakin rapat semakin baik (Bidang PP, 2013).
D.
Manfaat
Tanaman Suweg
Manfaat suweg sangat banyak sekali
terutama untuk industri dan kesehatan, karena kandungan zat glucomanan yang ada
di dalamnya. Suweg merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan
prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mudah didapatkan, tanaman ini
juga mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen tinggi. Umbinya besar
mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan dengan
beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern. Sayangnya umbi ini
semakin tidak diminati dan bahkan mulai langka.
Padahal suweg sangat potensial sebagai
bahan pangan sumber karbohidrat. Suweg dapat digunakan sebagai bahan lem,
agar-agar, mi, tahu, kosmetik dan roti. Tepung suweg dapat dipakai sebagai
pangan fungsional yang bermanfaat untuk menekan peningkatkan kadar glukosa
darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang
memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan
hipokolesterolemik.
Suweg sebagai serat pangan dalam jumlah
tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai
penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan,
kolesterol tinggi dalam darah dan kencing manis. Di Filipina umbi suweg sering
ditepungkan mengganti kedudukan terigu dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan
baku pembuatan roti. Di Jepang, umbi-umbian sekerabat suweg telah banyak
dimanfaatkan untuk bahan pangan, misalnya bahan pembuatan mie instan
(Kisdiantoro, 2015).
BAB III PENUTUP
Dalam
rekayasa teknologi produksi pada organ target akar tanaman suweg dapat ditarik
beberapa kesimpulan diantaranya adalah tanaman suweg masih berkerabat dekat
dengan tanaman talas karena masih dalam satu familia yakni Araceae. Tanaman suweg merupakan salah satu tanaman
yang menghasilkan umbi selain tanaman wortel, singkong, bit dan lain
sebagainya.
Untuk
mendapatkan umbi yang besar maka tanaman suweg harus ditanam dibawah tanaman
lainnya atau memiliki naungan, akan tetapi naungannya yang tidak terlalu rapat
agar hasil optimal. Serta perlu
memerhatikan teknik budidaya yang diambil untuk mengetahui lama masa
pertumbuhan hingga panen, serta memerhatikan syarat tumbuh tanaman suweg.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim, 2010.
Amorphophallus paeoniifolius (Dennst.)
Nicolson. https://www. itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=506752#null.
Bidang PP,
2013. Budidaya Suweg. http://pusat-pkkp.bkp.pertanian.go.id/berita-356-budidaya-suweg.html
Kisdiantoro,
2015. Suweg, Namanya Ndeso Tapi Bisa Mengobati Penyakit Mematikan. http://jabar.tribunnews.com/2015/08/27/suweg-namanya-ndeso-tapi-bisa-mengobati-penyakit-mematikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar