Rabu, 22 November 2017

Organ Target Akar

MAKALAH
Rekayasa Teknologi Produksi Organ Target Akar pada Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius)

Hasil gambar untuk logo unpad hitam putih
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Rekayasa Teknologi Produksi Tanaman

Disusun oleh:
Rizki Saddik Ismail                150510160013



Fakultas Pertanian - Universitas Padjadjarann
Jalan Raya Bandung Sumedang Km. 21, Jatinangor, Jawa Barat.
2017

Kata Pengantar


Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Rekayasa Teknologi Produksi Organ Target Akar pada Tanaman Suweg (Amorphophallus paeoniifolius)”.   Makalah ini disusun untuk memberikan pengetahuan tentang salah satu kegiatan yang digunakan untuk merekayasa teknologi produksi organ target akar pada tanaman suweg..
Penulis menyadari makalah ini masih memiliki kekurangan, sehingga penulis berharap para pembaca dapat turut memberikan saran dan kritik yang membangun demi penyempurnaan makalah ini.
Jatinangor,                Oktober 2017




Penulis

 

DAFTAR ISI





DAFTAR GAMBAR




BAB I PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang

Umbi suweg merupakan umbi yang kurang dikenal oleh masyarakat Indonesia apalagi generasi muda. Hal ini dikarenakan biasanya umbi suweg ini tumbuh di halaman rumah penduduk, tepi hutan, pinggir jalan, ataupun tanah - tanah kosong yang tidak digarap.  Namun karena adanya alih fungsi lahan menjadi pemukiman, jalan raya, dan pabrik - pabrik membuat tanaman ini sulit ditemukan di Indonesia.  Selain itu apabila memakan umbi tersebut akan timbul rasa gatal - gatal di lidah.  Rasa gatal - gatal dapat terjadi karena umbi suweg mengandung kristal kalsium oksalat.  Perendaman umbi suweg ke dalam air sebelum dimasak dan penambahan asam nitrat atau asam klorida encer serta pemansan yang intensif dapat menghilangkan penyebab gatal - gatal tersebut karena kalsium oksalat dapat larut dalam asam kuat.
 Umbi suweg mempunyai kadar serat yang cukup tinggi dan mempunyai kemampuan dalam mengikat kolesterol yang dapat disetarakan dengan oat instan. Umbi suweg dapat dijadikan sebagai pangan fungsional karena memiliki Indesk Glisemik (IG) yang rendah dan bisa menekan peningkatan gula darah sehingga dapat dikonsumsi bagi penderita diabetes mellitus.  Selain itu, kandungan serat pangan yang tinggi dalam umbi suweg mempunyai potensi untuk mencegah penyakit degeneratif seperti jantung koroner dengan mekanisme penurunan kolesterol dalam darah.
Sebagian besar masyarakat biasanya mengolah umbi suweg ini dengan cara dikukus.  Namun dalam beberapa hasil penelitian ditemukan bahwa umbi suweg dapat dikembangkan sebagai tepung umbi atau tepung pati.  Tepung umbi suweg dapat dipakai sebagai pangan fungsional yang bermanfaat untuk menekan peningkatan gula darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol.  Apabila umbi suweg sudah berbentuk tepung dapat dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan mie, kue, cookies, ataupun bubur sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dari tepung umbi suweg.  Namun belum cukup banyak industri yang mengolah umbi suweg ni menjadi tepung, hal ini dapat terjadi karena sebagian besar masyarakat mengganggap tanaman ini sebagai tanaman liar karena menimbulkan rasa gatal serta kurangnya sosialisasi akan manfaat dari pangan fungsional umbi suweg ini.

B.    Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan di bahas dalam makalah ini, diantaranya sebagai berikut:
1.      Apa yang dimaksud dengan tanaman suweg?
2.      Bagaimana merekayasa pertumbuhan dan perkembangan organ target akar pada tanaman suweg?
3.      Apa manfaat tanaman suweg?


C.    Tujuan

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari disusunnya makalah ini, diantaranya sebagai berikut:
1.      Untuk mengetahui penggolongan tanaman suweg,
2.      Untuk mengetahui jenis – jenis suweg yang dapat dikonsumsi,
3.      Untuk mengetahui perekayasaan teknologi produksi organ target akar pada tanaman suweg,
4.      Untuk mengetahui kegunaan dan manfaat dari tanaman suweg.

BAB II PEMBAHASAN


Indonesia merupakan negara mega diversity dengan kekayaan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia setelah Brazilia, yang diperkirakan memiliki 10% dari flora dunia dan sebagian besar keanekaragaman hayati tersebut tersimpan dalam hutan hujan tropis Indonesia.  Akan tetapi hingga kini, eksploitasi sumber daya hutan hanya berorientasi pada kayu, padahal produk hasil hutan bukan kayu dapat dijadikan salah satu potensi yang dapat menjadi penghasilan masyarakat di sekitar hutan (Anonim, 2010).
Perum Perhutani di beberapa daerah telah melakukan pembinaan terhadap masyarakat lokal sekitar hutan untuk memanfaatkan tanaman liar dari marga Amorphophallus (keluarga iles-iles) yang salah satu jenisnya lebih dikenal sebagai bunga bangkai (corpse flowers) yaitu Amorphophallus titanum.  Suweg, iles-iles dan porang yang tergolong ke dalam suku talas-talasan oleh beberapa kalangan industri makanan dan suplemen kesehatan mulai dilirik sebagai bahan baku karena kandungan gizinya.  Kelebihan lain dari tanaman tersebut adalah kemampuannya hidup di bawah naungan.  Dengan sifat tumbuh yang jarang dimiliki tanaman budidaya lainnya, maka sebagai lahan penanamannya dapat memanfaatkan lahan di bawah tegakan hutan.
Adapun penggolongan atau klasifikasi tanaman suweg ini yakni sebagai berikut:
Kingdom         : Plantae
Divisio             : Tracheophyta
Classis             : Liliopsida
Ordo                : Arales
Familia            : Araceae
Genus              : Amorphophallus
Species            : Amorphophallus paeoniifolius (Romand, 2013).
Hasil gambar untuk amorphophallus paeoniifolius
Gambar 1. Penampakkan tanaman suweg A. paeoniifolius
Di seluruh dunia, ada sekitar 90 jenis Amorphophallus. Selain suweg dan bunga bangkai raksasa, yang juga dikenal masyarakat adalah iles-iles (Amorphophallus konjac) dan acung (Amorphophallus variabilis). Umbi suweg, sebenarnya merupakan batang yang berada dalam tanah. Sementara batang suweg yang bisa mencapai diameter 10 cm. tinggi 1,5 m. dan berwarna hijau belang-belang putih mirip tubuh ular itu, sebenarnya hanyalah tangkai daun. Daun suweg sendiri menjari banyak dan membentuk seperti payung selebar 1 m. Batang semu ini akan menguning, layu lalu mati menjelang musim kemarau.
Hingga pada musim kemarau umbi akan mengalami masa dorman (istirahat), untuk tumbuh lagi pada awal musim penghujan. Dari benih berupa tonjolan di kulit umbi suweg seukuran kelereng, hingga mencapai ukuran optimal seberat 10 kg, diperlukan masa pertumbuhan sekitar 5 tahun bahkan lebih. Itupun baru akan terjadi apabila tanaman suweg tumbuh di lahan yang cocok dengan tuntutan agroklimatnya. Suweg menuntut tanah yang gembur di bawah naungan tanaman lain. Dia bisa hidup mulai dari dataran rendah sampai ketinggian 800 m. dpl, dengan curah hujan tinggi sampai sedang.
Suweg yang ditanam di bawah tegakan tanaman keras, biasanya hasilnya lebih optimal. Pertumbuhan tanaman lebih baik dan ukuran umbinya lebih besar. Namun kadar patinya lebih rendah sementara kandungan airnya lebih tinggi. Suweg yang ditanam secara tumpang sari di areal terbuka, pertumbuhannya kurang baik, umbinya juga lebih kecil. Namun kadar patinya lebih tinggi dengan kadar air lebih rendah.
Benih suweg berupa anakan umbi sebesar telur puyuh dan mata tunas yang berasal dari kulit umbi dewasa, akan menghasilkan individu tanaman yang kecil dengan hasil umbi maksimal sebesar kepalan tangan. Umbi demikian masih belum bisa dikonsumsi. Petani akan membiarkan umbi ukuran kecil ini tetap berada dalam tanah hingga pada musim penghujan berikutnya akan tumbuh menjadi tanaman berukuran sedang. Setelah dua sampai dengan tiga tahun dibiarkan tumbuh terus, ukuran umbi akan mencapai diameter sekitar 15 cm.
Umbi dengan ukuran ini sudah mulai dikonsumsi. Umbi dengan diameter 15 cm. akan menghasilkan anakan umbi sebesar kelereng dan mata tunas yang cukup banyak. Namun tanaman yang dihasilkan dari anakan umbi serta mata tunas dari umbi kecil demikian, ukurannya juga akan sangat kecil hingga pertumbuhannya lamban. Namun tunas utama yang ada di tengah-tengah umbi bagian atas, akan menghasilkan individu tanaman yang cukup besar dan bisa tumbuh cepat. Cara pengambilan dan penanaman tunas utama pada suweg ini cukup unik. Dengan pisau yang runcing dan tajam, mata tunas diiris melingkar ke dalam dengan jarak sekitar 3 cm. dari batas paling luar. Irisan ini akan membentuk kerucut yang melebar.
Bagian tunasnya menjadi alas kerucut dan irisan ke dalamnya akan membentuk pucuk kerucut. Setelah tunas diiris, umbi dikupas cukup tebal agar mata tunas serta tonjolan anakan umbi bisa tumbuh dengan baik. Apabila umbi akan langsung dikonsumsi, pengambilan tunas utama dan pengupasan, dilakukan petani langsung pada lubang galian. Kalau hal tersebut dilakukan di rumah, maka kulit serta tunas utama akan kembali dibawa ke kebun untuk ditanam lagi.

A.    Morfologi Tanaman Suweg

Suweg merupakan tumbuhan herba dan menahun, batangnya berbentuk tegak, lunak, halus berwarna hijau atau hitam belang-belang putih. Batang tunggal memecah menjadi tiga batang sekunder dan akan memecah lagi sekaligus menjadi tangkai daun. Pada setiap pertemuan batang akan tumbuh bintil berwarna cokelat kehitamhitaman sebagai alat perkembangbiakan suweg. Tinggi tanaman dapat mencapai 1,5 meter sangat tergantung umur dan kesuburan tanah.

B.    Budidaya Tanaman Suweg

Budidaya atau perkembangbiakkan tanaman suweg dapat dilakukan dengan cara generatif maupun vegetatif. Secara umum perkembangbiakan tanaman suweg dapat dilakukan melalui berbagai cara yaitu antara lain:

1.      Perkembangbiakkan dengan katak atau bulbil

Dalam 1 kg Katak berisi sekitar 100 butir katak. Katak ini pada masa panen dikumpulkan kemudian disimpan sehingga bila memasuki musim hujan bisa langsung ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Hasil gambar untuk amorphophallus muelleri
Gambar 2. Bentuk bulbil atau katak yang berada pada tanaman suweg

2.      Perkembangbiakkan dengan biji

Tanaman suweg pada setiap kurun waktu empat tahun akan menghasilkan bunga yang kemudian menjadi buah atau biji.  Dalam satu tongkol buah bisa menghasilkan biji sampai 250 butir yang dapat digunakan sebagai bibit suweg dengan cara disemaikan terlebih dahulu.
Hasil gambar untuk buah amorphophallus
Gambar 3. Bentuk buah dari tanaman suweg

3.      Perkembangbiakkan dengan umbi

Dengan umbi yang kecil, ini diperoleh dari hasil pengurangan tanaman yang sudah terlalu rapat sehingga perlu untuk dikurangi. Hasil pengurangan ini dikumpulkan yang selanjutnya dimanfaatkan sebagai bibit.
Sedangkan dengan umbi yang besar, ini dilakukan dengan cara umbi yang besar tersebut dipecah-pecah sesuai dengan selera selanjutnya ditanam pada lahan yang telah disiapkan.
Hasil gambar untuk umbi amorphophallus
Gambar 4. Bentuk umbi suweg disertai tangkai buah dan buah

C.    Syarat Tumbuh Tanaman Suweg

Tanaman suweg dapat tumbuh pada jenis tanah apa saja, namun demikian agar usaha budidaya tanaman Porang dapat berhasil dengan baik perlu diketahui hal-hal yang merupakan syarat-syarat tumbuh tanaman Porang, terutama yang menyangkut iklim dan keadaan tanahnya. Beberapa syarat yang diperlukan tersebut antara lain:

1.      Keadaan Iklim

Tanaman Porang mempunyai sifat khusus yaitu mempunyai toleransi yang sangat tinggi terhadap naungan atau tempat teduh (tahan tempat teduh). Tanaman Porang membutuhkan cahaya maksimum hanya sampai 40%. Tanaman Porang dapat tumbuh pada ketinggian 0 – 700 M dpl. Namun yang paling bagus pada daerah yang mempunyai ketinggian 100 – 600 M dpl.

2.      Keadaan Tanah

Untuk hasil yang baik, tanaman Porang menghendaki tanah yang gembur/ subur serta tidak becek (tergenang air). Derajat keasaman tanah yang ideal adalah antara PH 6 – 7 serta pada kondisi jenis tanah apa saja.

3.      Kondisi Lingkungan

Naungan yang ideal untuk tanaman Porang adalah jenis Jati, Mahoni Sono, dan lain-lain, yang pokok ada naungan serta terhindar dari kebakaran. Tingkat kerapatan naungan minimal 40% sehingga semakin rapat semakin baik (Bidang PP, 2013).

D.    Manfaat Tanaman Suweg

Manfaat suweg sangat banyak sekali terutama untuk industri dan kesehatan, karena kandungan zat glucomanan yang ada di dalamnya. Suweg merupakan jenis tanaman umbi yang mempunyai potensi dan prospek untuk dikembangkan di Indonesia. Selain mudah didapatkan, tanaman ini juga mampu menghasilkan karbohidrat dan tingkatan panen tinggi. Umbinya besar mencapai 5 kg, cita rasanya netral sehingga mudah dipadu padankan dengan beragam bahan sebagai bahan baku kue tradisional dan modern. Sayangnya umbi ini semakin tidak diminati dan bahkan mulai langka.
Padahal suweg sangat potensial sebagai bahan pangan sumber karbohidrat. Suweg dapat digunakan sebagai bahan lem, agar-agar, mi, tahu, kosmetik dan roti. Tepung suweg dapat dipakai sebagai pangan fungsional yang bermanfaat untuk menekan peningkatkan kadar glukosa darah sekaligus mengurangi kadar kolesterol serum darah yaitu makanan yang memiliki indeks glikemik rendah dan memiliki sifat fungsional hipoglikemik dan hipokolesterolemik.
Suweg sebagai serat pangan dalam jumlah tinggi akan memberi pertahanan pada manusia terhadap timbulnya berbagai penyakit seperti kanker usus besar, divertikular, kardiovaskular, kegemukan, kolesterol tinggi dalam darah dan kencing manis. Di Filipina umbi suweg sering ditepungkan mengganti kedudukan terigu dan biasanya dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan roti. Di Jepang, umbi-umbian sekerabat suweg telah banyak dimanfaatkan untuk bahan pangan, misalnya bahan pembuatan mie instan (Kisdiantoro, 2015).

BAB III PENUTUP


Dalam rekayasa teknologi produksi pada organ target akar tanaman suweg dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya adalah tanaman suweg masih berkerabat dekat dengan tanaman talas karena masih dalam satu familia yakni Araceae.  Tanaman suweg merupakan salah satu tanaman yang menghasilkan umbi selain tanaman wortel, singkong, bit dan lain sebagainya.
Untuk mendapatkan umbi yang besar maka tanaman suweg harus ditanam dibawah tanaman lainnya atau memiliki naungan, akan tetapi naungannya yang tidak terlalu rapat agar hasil optimal.  Serta perlu memerhatikan teknik budidaya yang diambil untuk mengetahui lama masa pertumbuhan hingga panen, serta memerhatikan syarat tumbuh tanaman suweg.



DAFTAR PUSTAKA


Anonim, 2010. Amorphophallus paeoniifolius  (Dennst.) Nicolson. https://www. itis.gov/servlet/SingleRpt/SingleRpt?search_topic=TSN&search_value=506752#null.
Bidang PP, 2013. Budidaya Suweg. http://pusat-pkkp.bkp.pertanian.go.id/berita-356-budidaya-suweg.html
Kisdiantoro, 2015. Suweg, Namanya Ndeso Tapi Bisa Mengobati Penyakit Mematikan. http://jabar.tribunnews.com/2015/08/27/suweg-namanya-ndeso-tapi-bisa-mengobati-penyakit-mematikan
Romand-Monnier, F. 2013. Amorphophallus paeoniifolius. The IUCN Red List of Threatened Species 2013 :http://dx.doi.org/10.2305/IUCN.UK.20132.RLTS. T443 93336A44531586.en. Diakses tanggal 9 Oktober 2017.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar