BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Tanaman haploid menarik perhatian utama
para ahli genetika dan pemulia tanaman, karena melalui penggandaan kromosom
akan diperoleh tanaman haploid ganda yang homosigot. Tanaman homosigot dapat
diperoleh secara konvensional, tetapi diperlukan prosedur lebih dari enam kali
generasi inbreeding, sedangkan
melalui teknologi haploid dapat dicapai dalam satu kali generasi. Haploid
merupakan istilah umum untuk tanaman yang mengandung jumlah kromosom gamet (n)
Jika jumlah kromosom haploid (n=x) digandakan, disebut dengan double haploid atau haploid ganda.
Tanaman haploid ganda memiliki beberapa
kegunaan dalam program pemuliaan, yaitu digunakan sebagai tetua dalam
pembentukan varietas hibrida F1 dan untuk studi pewarisan karakter. Haploid
ganda juga bermanfaat dalam proses seleksi, terutama untuk karakter-karakter
poligenik, karena rasio genetiknya menjadi lebih sederhana. Kegunaan lain yaitu
untuk mendapatkan genotipe tertentu dan jumlah tanaman yang ditapis lebih sedikit.
Selain itu tanaman haploid ganda berguna untuk studi yang terkait dengan
karakter resesif, karena sifat resesif
dapat terekspresi pada fenotipe tanaman. Menurut Reinert et al. (1975) tanaman haploid berguna untuk studi mutasi dan seleksi.
Tanaman haploid ganda sebagian besar
digunakan untuk tetua pembentuk varietas hibrida F1 dalam program pemuliaan.
Tanaman haploid ganda dapat dilakukan melalui androgenesis, ginogenesis dan
eliminasi kromosom.
Hibridisasi (persilangan)
adalah penyerbukan silang antara tetua yang berbeda susunan genetilmya. Pada
tanaman menyerbuk sendiri hibridisasi merupakan langkah awal pada program
pemuliaan setelah dilakukan pemilihan tetua. Umumnya program pemuliaan tanaman
menyerbuk sendiri dimulai dengan menyilangkan dua tetua homozigot yang berbeda
genotipenya. Pada tanaman menyerbuk silang, hibridisasi biasanya digunakan untuk menguji potensi tetua
atau pengujian ketegaran hibrida dalam rangka pembentukan varietas hibrida.
Selain itu, hibridis(lsi juga dimaksugkan untuk memperluas keragarnan. Adapun alasan dilakukannya persilangan dalam perakitan double haploid yakni
untuk menghasilkan tanaman homogeny yang bersifat baru dari kedua tetua yang
diinginkan.
B.
Rumusan Masalah
Adapun
rumusan masalah dari disusunnya makalah ini diantaranya,
1. Apa saja tahapan-tahapan dalam perakitan tanaman
double haploid dengan persilangan?
2. Apa saja yang perlu diperhatikan dalam perakitan
tanaman double haploid dengan persilangan?
3. Apa saja keuntungan dan kerugian dilakukannya
perakitan tanaman double haploid dengan persilangan?
C.
Tujuan
Adapun tujuan disusunnya
makalah ini diantaranya ialah,
1. Untuk mengetahui prosedur atau tahapan-tahapan dalam
perakitan tanaman double haploid dengan persilangan
2. Untuk mengetahui keuntungan serta kerugian dari dilakukannya
perakitan tanaman double haploid dengan persilangan
D.
Manfaat
Dalam penyusunan makalah ini,
adapun manfaat yang ingin dicapai diantaranya,
1. Dapat mengetahui prosedur atau tahapan-tahapan dalam
perakitan tanaman double haploid dengan persilangan
2. Dapat mengetahui keuntungan serta kerugian dari
dilakukannya perakitan tanaman double haploid dengan persilangan
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Prosedur Persilangan untuk menghasilkan tanaman Double Haploid
Dalam
perakitan tanaman double haploid dengan menggunakan persilangan, adapun
beberapa hal yang perlu diperhatikan diantaranya,
1.
Genom
tetua pendonor dan tetua recurrent
2.
Kematangan
mikrospora atau serbuk sari
3.
Waktu
dilaksanakannya pesilangan
4.
Kondisi
lingkungan sekitar pertanaman (Murovec, 2013).
Adapun
prosedur dalam perakitan tanaman double haploid menggunakan persilangan,
diantaranya,
1.
Mengidentifikasi
sumber haploid
Sumber haploid dibagi menjadi
dua yakni,
a.
Sumber
Alami
Haploid yang berasal dari alam
yakni haploid yang sudah ada di alam. Salah satu contohnya yakni terjadi pada
fenomena parthogenesis. Yakni pembentukan gamet tanpa terjadinya pembuahan,
dapat berasal dari maternal ataupun paternal.
b.
Sumber
Buatan
Haploid yang berasal dari
buatan yakni haploid yang dibuat melalui berbagai macam metode diantaranya ialah
persilangan interspesifik dan persilangan intergeneric . salah satu yang
terkenal yakni persilangan pada tanaman Barley (Hordeum bulbosum) dengan menggunakan Bulbosum Method.
2.
Dilakukannya
persilangan disesuaikan dengan komoditi yang akan disilangkan,
3.
Keturunan
F1 diberi zat kolkisin,
4.
Dilakukan
evaluasi (Acquaah, 2012).
Gambar 1. Skema Persilangan hingga didapatkan double
haploid yang diinginkan
B. Kekurangan dan Kelebihan
Dalam pelaksanaan perakitan tanaman double haploid,
terdapat keuntungan dan kekurangan diantaranya yakni,
1.
Keuntungan
a.
Homozigositas
dapat diperoleh dalam jangka waktu yang lebih singkat
b.
Durasi
dalam pemuliaan dapat dikurangi 2-3 generasi
c.
Lebih
mudah dan lebih efisien untuk memilih progeny homogen
d.
Kultivar
yang dirilis homogenus
2.
Kekurangan
a.
Membutuhkan
keterampilan khusus
b.
Teknologi
yang memadai
c.
Frekuensi
haploids yang dihasilkan tidak dapat diprediksi.
d.
Ada
kurangnya kesempatan untuk mengamati garis kinerja pada generasi awal sebelum
homozigositas (Germana, 2011).
BAB III PENUTUP
Dalam
perakitan tanaman double haploid dengan menggunakan persilangan, ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan yaitu;
genom tetua pendonor dan tetua
rekalsitran, kematangan mikrospora atau serbuk sari, waktu
dilaksanakannya pesilangan,
dan kondisi lingkungan
sekitar pertanaman.
Prosedur yang digunakan dalam perakitan tanaman double
haploid menggunakan persilangan yaitu; mengidentifikasi sumber haploid, dilakukan persilangan, pemberian zat kolkisin pada
generasi F1, dan dilakukan evaluasi.
Keuntungan
dari perakitan tanaman double haploid yaitu; homozigositas dapat diperoleh dalam jangka waktu yang
lebih singkat, durasi dalam pemuliaan dapat dikurangi 2-3 generasi, lebih
mudah dan lebih efisien untuk memilih progeny homogen, dan kultivar
yang dirilis homogenus.
DAFTAR
PUSTAKA
Acquaah, George. 2012. Principles of
Plant Genetics and Breeding 2nd Edition. Bowie State University,
Maryland, USA. : pg. 159-160.
Germana, Maria Antonietta. 2011.
Anther culture for haploid and doubled haploid production. Springer
Science+Business Media B.V. 2010 : Plant Cell Tiss Organ Cult (2011)
104:283–300 DOI 10.1007/s11240-010-9852-z.
Murovec, Jana. 2013. Tehnike
indukcije haploidov in podvojenih haploidov. Acta agriculturae Slovenica :
University of Ljubljana. DOI: 10.2478/acas-2013-0025
Reinert, J., Y.P.S. Bajaj and E. Heberle, 1975.
Induction of haploid tobacco plants from isolated pollen. Protoplasma 84:
191–196.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar