Lahan pertanian di kawasan Jatinangor, Kab. Sumedang dari hari ke hari semakin menyusut. Berdasarkan data yang diperoleh di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kecamatan Jatinangor, Sabtu (20/10), selama 20 tahun terakhir lahan pertanian di kawasan itu hilang hingga 47%. Pada akhir 1980-an, lahan pertanian di Jatinangor mencapai 700 hektar dan kini hanya tersisa 371 hektar.
Dari 12 desa di Jatinangor, Desa Hegarmanah masih memiliki lahan pertanian yang cukup luas yaitu 80 hektar. Lalu, empat desa yang masih memiliki lahanpertanian di atas 35 hektar yaitu Desa Cisempur 67 hektar, Cileles 58, Cilayung 45, dan Desa Jatimukti seluas 35 hektar.
Delapan desa lainnya, yaitu Desa Cibeusi, Cikeruh, Jatiroke, Sayang, Cibeusi, Cintamulya, Mekargalih, dan Desa Cipacing memiliki lahan di bawah 35 hektar. Bahkan, Desa Cintamulya hanya memiliki lahan seluas 14 hektar.
Staf UPTD Pertanian, Tanaman Pangan, dan Holtikultura Kecamatan Jatinangor, Sutahyan, menyebutkan, di tengah semakin menyempitnya lahan pertanian di Jatinangor ada aspek yang lebih mengenaskan lagi. Dari keseluruhan lahan pertanian yang masih dijadikan lahan garapan untuk bercocok tanam, tidak seluruhnya dimiliki oleh petani Jatinangor. Kenyataan yang muncul di lapangan menunjukkan, sebagian besar petani justru sekadar berposisi sebagai petani penggarap.
“Terdapat ratusan petani penggarap di Jatinangor. Mereka menggarap lahan milik warga dari luar Jatinangor. Jika di lahan itu akan dibangun rumah atau bangunan fisik lainnya, petani penggarap harus menghentikan aktivitas mereka,” ujar Sutahyan.
Selanjutnya dia mengungkapkan, semakin sempitnya lahan pertanian di Jatinangor tak bisa dielakkan lagi. Di tengah perkembangan pesat Jatinangor, lahan pertanian di kawasan itu banyak yang beralih fungsi untuk lokasi pendirian pabrik, mal, dan perumahan.
“Di Desa Cibeusi, Cikeruh, Sayang, Cipacing, dan Desa Cintamulya misalnya, banyak lahan yang beralih fungsi untuk pendirian pabrik dan perumahan. Bahkan, bersamaan dengan semakin banyaknya para pendatang di Jatinangor, baik mahasiswa maupun pekerja pabrik, kos-kossan banyak didirikan di lahan yang tadinya berfungsi sebagai lahanpertanian,” kata Sutahyan.
Dia menambahkan, di tengah semakin menyusutnya lahan pertanian di Jatinangor, para petani yang tetap bertahan menggantungkan hidup dari lahan pertanian, menjadikan komoditas padi dan sayuran sebagai produk unggulan.
“Biasanya, saat musim hujan komoditas yang ditanam yaitu padi. Selanjutnya, pada musim kemarau petani menanam sayuran dan palawija,” kata Sutahyan.(DEDE SUHERLAN)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar