Tidak apa-apa untuk bersedih dan mengakui bahwa kamu tidak harus selalu kuat. Di saat malang menghampiri, saat kekecewaan datang, atau saat luka menyapa, kamu boleh saja untuk tidak baik-baik saja. Berpura-pura bahwa semuanya baik hanya akan membebani jiwa. justru dengan jujur pada perasaan sendiri, kamu memberi ruang untuk pulih dan tumbuh dengan lebih utuh.
Aku nggak benar-benar lupa, aku cuma belajar pura-pura kuat. Setiap ingatan tentangmu datang seperti hujan, diam-diam, deras, dan meluluh lantakkan. Aku tak bicara apa-apa, hanya menunduk dan menahan air mata yang selalu kalah. Rindu ini tidak pernah pergi, ia hanya diam, menunggu aku lelah menyangkalnya.
Akhir-akhir ini rasanya sering banget ngerasa kecewa, semua hal yang ada di sekitar rasanya gak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Semua sudah tersusun rapi begitu juga dengan ekspektasinya, tapi ternyata hasilnya aku harus lebih sabar. Rasanya ingin berhenti dan menjalani kehidupan seperti biasanya, tapi semua sudah terlanjur. Aku sudah sampai sejauh ini, jauh sekali aku melangkah. Aku terlalu berharap untuk sesuatu hal yang belum terjadi, aku juga terlalu takut jika semua tak sesuai harapanku. Ketika semua tak sesuai keinginan aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri, padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku harus bagaimana lagi untuk menjalani semuanya? Apakah keinginanku terlalu berlebihan? Sesungguhnya aku sudah terlalu lelah untuk mengeluh.
Berakhirnya bulan Agustus, aku memilih berdamai dan melepaskan. Aku memilih untuk tidak lagi mencari tau tentangmu, berbahagialah agar sakitku tidak sia-sia.
Hiduplah selayaknya, jika lelah beristirahatlah. Lakukan apapun yang kamu sukai, tanpa perlu menjadikan manusia lain sebagai rumahmu. Jadilah rumah untuk dirimu sendiri.
Berhenti menghubunginya dan berhentilah menyakiti dirimu sendiri, meski rasa sayangmu kepadanya sangat besar, tapi terimalah kenyataan bahwa dia tidak pernah memilihmu.
Di balik kepribadianku yang selalu di pandang buruk ini, tidak ada satupun orang yang tau seberat apa aku bertahan untuk tetap hidup. Tidak ada yang tau secapek apa aku nerima diri sendiri. Tidak ada yang tau sekeras apa aku berjuang sendirian untuk berdamai dengan hal hal yang sulit diterima.
Aku nggak pernah benar-benar pergi. Aku cuma berhenti berjuang saat kamu berhenti peduli. Kamu yang perlahan mendorongku menjauh, seolah keberadaanku nggak lagi berarti. Padahal aku datang dengan ketulusan yang nggak setengah-setengah. Tapi ternyata, ketulusan juga bisa kalah saat yang diperjuangkan justru jadi alasan luka paling dalam.
Finally aku sudah sampai di tahap menyerah. Jagalah dirimu baik-baik, kejarlah apa yang membuatmu bahagia, maafkan aku mencuri waktumu selama ini. Aku tak marah, tak benci, tak dendam hanya aku sadar diri ini banyak kekurangan.
Akhir-akhir ini rasanya sering banget ngerasa kecewa, semua hal yang ada di sekitar rasanya gak sesuai dengan apa yang aku inginkan. Semua sudah tersusun rapi begitu juga dengan ekspektasinya, tapi ternyata hasilnya aku harus lebih sabar. Rasanya ingin berhenti dan menjalani kehidupan seperti biasanya, tapi semua sudah terlanjur. Aku sudah sampai sejauh ini, jauh sekali aku melangkah. Aku terlalu berharap untuk sesuatu hal yang belum terjadi, aku juga terlalu takut jika semua tak sesuai harapanku. Ketika semua tak sesuai keinginan aku hanya bisa menyalahkan diri sendiri, padahal aku sudah berusaha semaksimal mungkin. Aku harus bagaimana lagi untuk menjalani semuanya? Apakah keinginanku terlalu berlebihan? Sesungguhnya aku sudah terlalu lelah untuk mengeluh.
Dari semua orang yang terpenting dalam hidupmu, jangan pernah lupa untuk menaruh dirimu dalam urutan pertama. Kamu boleh menjalin sebanyak apapun hubungan, seerat apapun hubungan dengan manusia, namun jangan pernah bergantung sepenuhnya padanya. Gantungkanlah sepenuhnya pada dirimu sendiri. Kamu harus siap jika suatu saat hanya ada dirimu sendiri yang dapat kamu andalkan.
Maaf jika pada akhirnya aku belum bisa memberikan yang terbaik. Maaf jika pada akhirnya kamu terluka atas semua perbuatan yang aku lakukan. Pergilah dengan semua luka mu yang tak bisa disembuhkan olehku. Biarkan aku di sini sendiri, menikmati luka yang ada hingga nanti seiring berjalannya waktu luka itu akan sembuh juga. Aku sudah cukup lelah untuk berkeluh kesah. Aku cukupkan sampai di sini, see u orang baik.
Ternyata aku kembali ke fase ini lagi, dimana cuma bisa ngelus dada sambil ngomong dalam hati, 'GAPAPA'. Ini bukan yang pertama kali, nanti disembuhin lagi ya.
Aku menyerah sampai di sini saja, kemarin aku menyayangimu yang rasa sayangnya melebihi sayangku pada diriku sendiri. Banyak yang berkata buruk perihal dirimu, tapi aku tetap menilaimu baik. Sebelum akhirnya aku sadar mau sebaik apapun diriku, tidak akan bisa membuatmu menilaiku baik dan menghargai aku. Karena memang 'bukan aku' yang kamu inginkan.
Aku pernah berjanji padamu, ketulusan cintaku tak akan menyakitimu ataupun diriku meskipun jika kamu tak memilihku. Nyatanya cinta yang tulus tak cukup untuk membuatmu bahagia disisiku. Pergilah, kamu layak bahagia.
Bukan inginku datang dalam hidupmu. Maaf untuk malam ini dan malam-malam selanjutnya. Maaf untuk hubungan yang melelahkan, maaf pula untuk akhir yang menyakitkan. Maaf karena aku terlalu sering menyulitkanmu. Mungkin aku masih menyulitkanmu meskipun sudah tak ada lagi kata 'kita'.
Jadi gini rasanya menganggap penting seseorang di hidup kita, tapi kita sendiri gak begitu penting di hidup dia. Bahkan ada gak adanya kita gak ngaruh apa-apa di hidup dia.
Dan akan tiba waktunya, aku duduk sambil tersenyum ikhlas lalu berkata: "Ternyata aku termasuk bagian dari orang-orang yang memiliki nasib tidak bisa hidup bersama dengan orang yang dicintainya."
Aku akan menata kembali semua yang berantakan dan memilih untuk berdamai serta mengikhlaskan banyak hal yang tidak bisa dipaksakan. Mungkin ada beberapa part yang menyakitkan namun cukup dijadikan pelajaran. Mari bertemu dengan hal-hal baik kedepannya.
Sering banget kita kepikiran hal-hal yang mungkin ngga akan terjadi, cuma karena takut dan overthinking soal masa depan. Padahal, yang kita khawatirin bisa jadi ngga terjadi sama sekali. Kadang, yang kita butuhin cuma berhenti khawatir dan fokus sama apa yang bisa kita lakuin sekarang, tanpa kebawa ekspektasi yang belum jelas.
Terkadang orang lain hanya melihat sisi luar kita. Mereka tidak tahu betapa beratnya perjuangan di dalam hati, dan betapa sulitnya tersenyum ketika sebenarnya kita ingin menangis.
Apapun yang terjadi, kamu harus bisa menghapus air matamu sendiri, menyembuhkan luka-lukamu, menutupi kekecewaan, dan melewatinya tanpa menyimpan kebencian terhadap siapapun.
Kemarin, aku masih mengusahakanmu, aku masih bolak balik buat mastiin perasaan kamu ke aku gimana. Tapi kali ini aku berhenti, aku berhenti untuk mengharapkanmu, aku berhenti mengejarmu karena ya percuma aja bukan aku kan orang yang kamu mau? Jadi, selamat merayakan cinta baru kamu itu ya.
Maaf, untuk kali ini aku menyerah. Pergilah jika memang itu yang kamu mau. Aku sudah cukup berusaha untuk menjadi seperti apa yang kamu mau. Tapi nyatanya memang bukan aku orangnya. Tak usah dipaksakan lagi. Beri aku waktu untuk benar-benar terima kenyataan bahwa kita memang tidak bisa bersama.
Aku sangat nyaman dalam pelukannya, ketika dia dihadapanku, aku selalu ingin memeluknya bahkan selalu ingin menggenggam dan menatap mata serta wajahnya. Sungguh aku mencintainya, aku ingin dia. Tapi dia tak bisa dimiliki.