Review
Jurnal
Soil processes affecting crop production in
Soil processes affecting crop production in
salt-affected
soils
Disusun oleh kelompok
3 :
Rizki Saddik
Ismail 150510160013
Widara
Almaghfirah Ismail 150510160025
Virna
Fitriani Dewi 150510160062
Firdha Beliana
P 150510160101
Syachnurul
Avelia M 150510160142
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
2018
KATA PENGANTAR
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah ini
dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi mau pun pikirannya untuk menyelesaikan makalah kami ini.
Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke
depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi
lebih baik lagi.
Karena keterbatasan
pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah
ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun
dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Jatinangor, April 2018
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR......................................................................................................... 2
DAFTAR
ISI ...................................................................................................................... 3
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
1.1
Latar Belakang ............................................................................................................. 4
1.2
Rumusan Masalah ........................................................................................................ 5
1.3 Tujuan ……………………………………………………………………………....... 5
BAB
II PEMBAHASAN ................................................................................................... 6
2.1 Klasifikasi Tanah yang Terkena Dampak Garam………………………………......... 6
2.2 Efek
Tekanan Osmosis dari Larutan Tanah pada Tanaman ………………………….. 7
2.3 Efek Osmotic atau Ionic pada Perbedaan Tingkat Salinitas ………………………..... 9
2.4 Dinamisasi Air Tanah dan Tekanan Osmotik Serta Hubungannya dengan
Kondisi
Cuaca ……………………………………………………………………………………… 9
2.5 Hubungan Perubahan Cuaca dan Transisi Salinitas ……………………………......... 10
2.6 Reaksi Tanah yang Berhubungan dengan Produksi Tanaman di Tanah yang
Mengandung Garam ……………………………………………………………………… 11
BAB
III PENUTUP ............................................................................................................ 12
DAFTAR
PUSTAKA ........................................................................................................ 10
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salinitas tanah menjadi isu utama dalam pertanian global
ketika faktor tanah dan lingkungan berkontribusi pada akumulasi garam di
lapisan tanah di atas tingkat yang berdampak buruk pada produksi tanaman. Di
seluruh dunia, lebih dari 800 juta hektar lahan diperkirakan terkena garam (FAO
2008). Tanah-tanah ini mencakup berbagai tanah yang didefinisikan sebagai
salin, salin-sodik dan sodik (Ghassemi et al. 1995). Meskipun asumsi umum
adalah bahwa tanah yang terkena garam terjadi terutama di iklim kering dan semi
kering, tanah ini sebenarnya ditemukan di setiap zona iklim di setiap benua
kecuali Antartika. Semua jenis tanah dengan beragam sifat morfologi, fisik,
kimia dan biologi dapat dipengaruhi oleh salinitas (Rengasamy 2006).
Di daerah kering (arid) dan semi arid, air di dalam tanah
mengalami evaporasi akibat panas dan suhu tinggi, sehingga garam-garam yang
larut dalam air terakumulasi di lapisan atas tanah membentuk tanah salin, sodik
dan salin-sodik.
Tanah sodik dikenal dengan tanah alkalin hitam karena adanya
bahan organik di permukaan tanah bercampur dengan garam-garam. Pada tanah
sodik, kandungan Na yang tinggi ini dapat mendispersi koloid-koloid tanah dan
menimbulkan penyakit nutrisional pada kebanyakan tanaman.
Ketika akumulasi garam di lapisan tanah berada di atas
tingkat yang mempengaruhi produksi tanaman, memilih tanaman yang toleran
terhadap garam dan mengelola salinitas tanah adalah strategi penting untuk
meningkatkan ekonomi pertanian. Di seluruh dunia, lebih dari 800 juta hektar
tanah dipengaruhi oleh garam, dengan berbagai tanah yang didefinisikan sebagai
garam, asam-garam, alkalin-garam, asam salin-sodik, saline-sodik,
alkalin-sodik, sodik, asam-sodik dan alkalin-sodik. Jenis salinitas berdasarkan
proses tanah dan air tanah adalah salinitas yang berhubungan dengan air tanah
(salinitas lahan kering), salinitas transien (lahan salin kering) dan salinitas
irigasi. Makalah ini membahas proses-proses tanah di lapangan yang menentukan
interaksi antara lingkungan zona-root dan respons tanaman terhadap peningkatan
tekanan osmotik atau konsentrasi ion spesifik. Dinamika air tanah, stabilitas
struktural tanah, kelarutan senyawa dalam kaitannya dengan pH dan pE dan
nutrisi dan gerakan air semua memainkan peran penting dalam pemilihan dan
pengembangan tanaman toleran terhadap salinitas.
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan
dikaji yakni sebagai berikut :
- Bagaimana
proses-proses tanah dilapangan mempengaruhi respon tanaman terhadap
peningkatan tekanan osmotik?
- Faktor
apa saja yang memiliki peran penting dalam pemilihan dan pengembangan
tanaman toleran terhadap salinitas?
Adapun
tujuannya diantaranya sebagai berikut :
- Untuk mengetahui Bagaimana
proses-proses tanah dilapangan mempengaruhi respon tanaman terhadap
peningkatan tekanan osmotik?
- Untuk mengetahui Faktor apa saja
yang memiliki peran penting dalam pemilihan dan pengembangan tanaman
toleran terhadap salinitas?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Klasifikasi Tanah yang Terkena Dampak
Garam
Unsur pokok yang menjadi kation dari garam terlarut
pada tanah adalah natrium, kalsium, dan magnesium sedangkan anion adalah
klorida, sulfat, dan karbonat. Untuk tanah Australia, umumnya, tanah salin dan
sodik mengandung banyak natrium dan
klor. Saat partikel tanah menyerap natrium cukup banyak diatas batas normal,
maka tanah akan menjadi sodik. Efek dari sodisitas (dikarakterisasi dari
presentase natrium yang dapat ditukar atau ESP dan rasio penyerapan natrium
atau SAR) dapat dilihat hanya jika garam tercuci dibawah ambang batas dan
ketika kekuatan ionis dari larutan tanah sangat rendah (detail ada pada
Rengasamy dan Olsson 1991). Karena SAR berhubungan dengan sodisitas tanah,
untuk menentukan SAR dan EC dapat dilakukan dengan menggunakan ekstrak tanah,
sehingga dapat mengkarakterisasi kondisi salin. SAR memiliki rumus:
dimana konsentrasi Na+, Ca2+, Mg2+
ditentukan dalam mmol L-1.
Ketika hujan tidak
cukup untuk membuat garam tercuci dari profil tanah, garam diakumulasi dalam
lapisan subsoil, menjadikan lapisan atasnya tidak salin tetapi menjadi sodik.
Bagaimanapun, lama kelamaan lapisan sodik mengakumulasi garam karena
terhalangnya pergerakan air (Rengasamy 2002).
Kategori menurut gambar berdasarkan
pengamatan analitik tanah, tidak dipengaruhi bagaimana garam diakumulasi pada
tanah. Menurut gambar, nilai SAR diatas 6 dapat diklasifikasikan sebagai tanah
sodik, jika menurut Australian Criteria of Sodicity (Isbell, 1996). Umumnya,
tanah dengan kandungan liat yang tinggi yang sering menjadi tanah sodik.
Kategori tanah yang terkena garam berdasarkan rasio adsorpsi natrium (SARe) dan
konduktivitas listrik (ECe) yang diukur dalam tanah ekstrak saturasi dan pH 1:
5 diukur dalam suspensi air tanah dan mekanisme yang mungkin berdampak pada
tanaman. Toksisitas, kekurangan atau ketidakseimbangan ion karena elemen lain
(misalnya B, K, N, P) akan bergantung pada komposisi ionik dari larutan tanah.
Persiapan tanah ekstrak jenuh sangat sulit dan mahal. Ekstrak jenuh
sering digunakan di Amerika Serikat dan bagian lain dunia dan oleh karena itu
untuk bandingkan data penelitian, khususnya ambang batas toleransi garam untuk
tanaman berdasarkan ECe, konversi EC1: 5 menjadi ECe (Kelly dan Rengasamy
2006).
Secara umum, ada 3 jenis salinitas berdasarkan proses air tanah yang
ditemukan di seluruh bagian dunia, yaitu groundwater associated salinity,
transient salinity dan irrigation salinity (Rengasmy 2006).
1. Associated
salinity, atau biasa disebut dryland
salinity terjadi ketika ada air tanah muncul ke permukaan dan mengandung
garam terlarut. Pada sebuah lahan dimana permukaan air tanah sangat dalam dan
drainase sangat buruk, garam yang di bawa oleh hujan, akan terakumulasi dalam
profil tanah.
2. Transient salinity terjadi dimana
konsentrasi garam berubah-ubah seiring dengan perubahan cuaca dan hujan, dan
garam akan terakumulasi pada lapisan tanah dan lapisan tanah ini akan menjadi
area tanah sodik. Tanah jenis ini terdapat 2,5x108 ha di Australia.
3. Irrigation
salinity disebabkan garam yang terlarut datang bersamaan dengan air irigasi,
dimana akan disimpan diantara area perakaran karena kurangnya pencucian. Tanah
jenis ini terdapat seluas 5,7x106 ha di Australia.
2.2 Efek
Tekanan Osmosis dari Larutan Tanah pada Tanaman
Rengasamy(2010) melakukan percobaan pot pada pertumbuhan gandum
menggunakan lempung tanah berpasir dan berbagai larutan elektrolit seperti
NaCl,CaCl2,Na2SO4 dan larutan nutrisi
Hoagland, mendorong tingkat EC yang berbeda dari larutan tanah. Kadar air tanah
di pot dipertahankan pada kapasitas lapangan untuk 25 hari pertama pertumbuhan.
Selisih produksi bahan kering setelah 40 hari dari pertumbuhan menunjukkan
tekanan osmotik terus menerus sebagaimana EC dari larutan tanah meningkat
0,7-41,0 dS m-1. Efek osmotik menjadi dominan dan
menghambat pertumbuhan tanaman saat larutan tanah EC meningkat di atas 25 dS m-1.
Kelly
dan Rengasamy(2006) menggambar
diagram skematik yang berkaitan dengan EC dari larutan tanah (dan tekanan
osmotik terkait larutan tanah) atas dasar percobaan pot dan observasi lapangan
dan menyimpulkan bahwa efek osmotik salinitas merupakan faktor penting dalam mengurangi
hasil panen pada kondisi tanah kering. Pada diagram, ditunjukkan bahwa
peningkatan pengaruh tekanan osmotik larutan tanah pada hasil panen yang lebih
besar ketika tekanan meningkat hingga lebih dari 700 kPa. Hal ini jelas bahwa efek
osmotik, mengurangi serapan air tanaman, mengurangi hasil panen sehingga akan
merugikan secara ekonomis apabila tekanan osmotik larutan tanah adalah di atas
1000 kPa.
Data
pada Tabel 1 mendukung
bahwa penurunan hasil panen akibat salinitas adalah terkait dengan persentase
air tersedia dan tidak diambil oleh tanaman di tanah yang terkena salinitas
sementara atau transcient salinity. Data
yang disajikan dalam Tabel 1 adalah rata-rata dari pengamatan di
tujuh tanah yang berbeda di Australia Selatan.
Serapan
air berkurang gandum karena salinitas juga telah ditunjukkan dalam percobaan
pot (Rengasamy 2010).Ditemukan
dalam percobaan pot ini bahwa sebagai EC tanah solusi meningkat, air yang tidak
terpakai di tanah pot meningkat dan persentase yang tinggi dari air yang tidak
terpakai (89-96%) tampak jelas ketika larutan tanah EC adalah>22,6 dS m-1.
2.3 Efek
Osmotic atau Ionic pada Perbedaan Tingkat Salinitas
Menggunakan model yang disarankan oleh
Munns etal.(2006)dan Rengasamy(2010),
gandum tumbuh di pot tanah diobati dengan NaCl atau larutan nutrisi Hoagland
pada tingkat salinitas yang berbeda, disimpulkan sebagai berikut:
a.
Pada tingkat rendah
salinitas (7,0 dS m-1), efek osmotik terjadi terus
menerus selama seluruh periode pertumbuhan. Namun, setelah ~ 25 hari
pertumbuhan, ada perbedaan antara NaCl dan larutan Hoagland, menunjukkan efek
ion Na dalam menghambat pertumbuhan.
b.
Namun, pada tingkat yang
lebih tinggi dari salinitas larutan tanah (30,0 dS m-1), efek
osmotik terjadi sangat dominan dan efek ion Na sangat minim. Dengan demikian,
tampak bahwa di atas 'nilai ambang
larutan tanah EC', efek
osmotik adalah mekanisme yang dominan dan efek ion mungkin akan sangat
signifikan pada tingkat EC yang lebih
rendah. Tavakkoli etal.(2010) telah
mengkonfirmasi hasil ini dalam uji coba direplikasi menggunakan dua varietas
gandum.
2.4 Dinamisasi Air Tanah dan
Tekanan Osmotik Serta Hubungannya dengan Kondisi Cuaca
Di lapangan
diketahui bahwa air tanah akan mendekati kapasitas lapang setelah adanya hujan
atau proses irigasi. Tanah akan mengalami kekeringan akibat adanya
evapotranspirasi, peningkatan kadar garam di dalam tanah, serta adanya tekanan
osmotik dari air tanah. Di tanaman lahan kering, perubahan kadar air dan
kelembaban tanah selama musim tanam adalah faktor penting yang mempengaruhi
salinitas pada produksi tanaman. Salinitas aktual (EC) dari sebuah tanah dan
tekanan osmotik pada tanah dapat dikalkulasikan melalui pengujian di
laboratorium pengukuran salinitas tanah dan persentase dari gravimetrik
kandungan air tanah dapat diukur dengan rumusan tertentu.
Tabel 4 menyajikan data persentase
ketersediaan air tanah yang tidak diserap oleh tanaman pada tipe tanah yang
berbeda-beda, semuanya dipengaruhi oleh efek osmotik yang disebabkan oleh
salinitas.
Di daerah tanam
yang kering, perubahan kandungan air tanah pada masa pertumbuhan tanaman
merupakan faktor penting yang mempengaruhi efek salinitas pada produksi
tanaman.
Air tanah salin
mempengaruhi kondisi tanah salin, di Australia Barat umumnya ditemukan konsentrasi
garam tinggi di topsoil pada awal penanaman. Konsentrasi garam yang tinggi
dikombinasikan dengan curah hujan rendah di awal musim sangat mempengaruhi
perkecambahan benih. Ketika curah hujan normal, konsentrasi garam dapat
menurunkan pertumbuhan dan ketahanan hidup kecambah tersebut. Kemungkinan peningkatan
salinitas tanah pada akhir musim, ketika intensitas hujan agak rendah.
Perubahan
konsentrasi garam dengan perubahan kadar air tanah selama masa pertumbuhan
tanaman dapat dipengaruhi oleh intensitas hujan dan temperatur, serta
berimplikasi pada screening dan pemilihan tanaman yang toleran garam.
2.5 Hubungan Perubahan Cuaca dan Transisi Salinitas
Transisi
salinitas pada tanah dapat dilihat dari tingginya kandungan garam di tanah
subsoil, variasi kedalaman dan perubahan respon tanah terhadap hujan, evaporasi
permukaan tanah, penggunaan air oleh proses vegetasi, dan adanya pencucian
lapisan liat pada tanah. Analisis dari beberapa sampel profil tanah di daerah
kering Australia Selatan menunjukkan adanya hubungan erat antara sodisitas dan
akumulasi garam. Hubungan ini turut dipengaruhi oleh intensitas hujan yang
terjadi. Perubahan intensitas hujan dan evaporasi adalah salah satu faktor
penting yang mempengaruhi akumulasi garam pada lapisan tanah. Transisi
salinitas berlangsung lebih baik pada tanah yang sering aliri air hujan dan
tanah dengan sodisitas yang tinggi. Transisi salinitas juga umumnya
mempengaruhi lapisan tanah diatas bagian lapisan tanah sodik.
2.6 Reaksi Tanah
yang Berhubungan dengan Produksi Tanaman di Tanah yang Mengandung Garam
Penggunaan varietas
tanaman yang tahan salin merupakan pilihan yang tepat. Menurut Tavakkoli
(2010), salinitas mempengaruhi pertumbuhan tanaman barley varietas Clipper dan
Sahara. Perbedaannya terletak pada pertumbuhan tanaman, kelembaban jaringan
tanaman, dan komposisi ionik. Di daerah yang salinitasnya tinggi, akar tanaman
harus berusaha menjangkau air tanah pada kedalaman yang lebih dalam.
Bertambahnya akumulasi garam dapat menurunkan tingkat transpirasi tanaman.
Sodisitas
merupakan salah satu masalah yang terdapat pada tanah, namun beberapa tanah
memiliki permasalahan yang berbeda pada tiap lapisannya. Topsoil memiliki
masalah dengan tanah alkalin-sodik, namun subsoil memiliki masalah dengan tanah
salin-sodik. Pada tanah alkaline-salin, tanah salin-sodik, serta tanah
alkalin-sodik, dominansi bikarbonat dan karbonat dapat menyebabkan keracunan
pada tanaman.
Dalam penelitian
salinitas, garam diasumsikan sebagai NaCl. Namun, tanah yang terkena garam mungkin
mengandung jenis garam lain seperti karbonat dan sulfat dan garam Ca, Mg dan K.
Hal ini penting diketahui untuk meningkatkan produktivitas di lahan irigasi.
BAB III
PENUTUP
Secara umum, ada 3 jenis
salinitas berdasarkan proses air tanah yang ditemukan di seluruh bagian dunia,
yaitu groundwater associated salinity, transient salinity dan irrigation
salinity.
DAFTAR
PUSTAKA
Rengasamy, Pichu (2010). Soil processes
affecting crop production in salt-affected soils. www.pub lish.csiro.au/journals/fpb. Functional
Plant Biology, 2010, 37, 613–620.