Di
Negara Malaysia terdapat salah satu jenis cabai yang tidak diupayakan secara
luas dalam skala komersial, yakni cabai burung atau dengan nama ilmiah Capsicum frustescence. Cabai ini terbatas dalam hal budidaya di
Malaysia karena teknologinya yang masih kurang memadai, padahal angka
permintaan pasar yang tinggi serta adanya potensi yang luar biasa sehingga akan
menguntungkan karena harga jual yang tinggi.
Sehingga
dilakukannya pengujian untuk mengetahui pengaruh penggunaan pupuk organik dan pupuk
anorganik dalam hasil produksi cabai burung di Malaysia. Tempat penanaman yang akan dilakukan uji
yakni di Lapangan tanah liat dan sifat kimia tanah diantaranya terkandung N, P,
K, Ca, Mg, dan lain sebagainya. Perawatan
menggunakan 2 cara yakni dengan menggunakan pupuk kandang (PPM) serta
menggunakan pupuk anorganik (NPK).
Dalam
pengujian di dapatkan hasil akhir yakni hasil cabai burung tertinggi didapatkan
dengan penggunaan pupuk kandang sebanyak 20 t/ha dan pupuk anorganik sebanyak 2
t/ha sedangkan dalam karakteristik (berat dan panjang) buah didapatkan hasil
berat buah sebesar 0,83 dan tidak berbeda secara signifikan dengan perawatannya
serta panjang buah berkisar 3,79 cm hingga 4,52 cm.
Dalam
pemupukan, unsur hara makro dan mikro yang terkandung pada buah tidak berbeda
secara signifikan. Akan tetapi pada
ketersediaan unsur hara mikro pada tanah mengalami penambahan jumlah yang
signifikan terutama dalam pemberian pupuk kandang seperti bertambahnya
kandungan nitrat, Zn, Cu, dan Mn.
Sehingga dapat disimpulkan dengan penambahan bahan organik seperti pupuk
kandang dapat meningkatkan sifat kimia pada tanah.